Omicron "Meledak" di Australia, Dolarnya Baik-Baik Saja

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 December 2021 13:01
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona varian Omicron sekali lagi membuktikan mampu dengan cepat "menjajah" satu negara. Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Australia kini "meledak" dan mencetak rekor terbanyak sepanjang sejarah. Meski demikian, kurs dolar Australia masih tetap menguat melawan rupiah.

Pada perdagangan Rabu (29/12) pukul 11:23 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.317,19, dolar Australia menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pergerakan dolar Australia tersebut menunjukkan penyebaran cepat Omicron belum menunjukkan dampak negatif.

Australia hari ini melaporkan penambahan kasus baru Cobvid-19 sebanyak 18.128 orang, yang menjadi rekor terbanyak selama pandemi.

Jumlah kasus di negara bagian New South Wales (NSW) meroket nyaris dua kali lipat menjadi lebih dari 11.000 orang dibandingkan hari sebelumnya sekitar 6.000 orang. Begitu juga di Victoria yang berdampak 3.700 orang, naik dari hari sebelumnya 1.000 orang saja.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan akan mengadakan pertemuan kabinet terkait Omicron pada Kamis besok.

"Omicron terus bertambah dan kita akan melihat tekanan lebih lanjut, tetapi negara bagian bekerja sangat erat dan sesuai dengan rencana mereka untuk menghadapi tantangan tersebut," kata Morrison sebagaimana diwartakan ABC News, Rabu (29/12).

Omicron hingga saat ini dikatakan tidak menimbulkan sakit yang lebih parah dibandingkan varian lainnya.

Bahkan penelitian terbaru dari Afrika Selatan menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.

Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.

"Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat menurunkan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut," kata para ilmuwan, sebagaimana diwartakan Reuters, Selasa (27/12).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular