Harga Ambles Nyaris 3%! Ada Apa dengan Cinta, eh Batu Bara?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 December 2021 08:14
Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun pada perdagangan kemarin. Koreksi terjadi setelah harga si batu hitam naik selama dua hari perdagangan beruntun.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 168,05/ton. Ambles 2,86% dibandingkan sehari sebelumnya.

Harga batu bara sempat naik pada dua hari perdagangan berturut-turut, 24 dan 27 Desember 2021. Namun laju kenaikan selama dua hari itu tipis saja, cuma 0,81%.

Sebelumnya lagi, harga batu bara sempat turun dalam tiga hari beruntun, 21 hingga 23 Desember 2021. Selama periode tersebut, harga anjlok 6,31%.

Halaman Selanjutnya --> Profit Taking Hantui Batu Bara

Ada apa dengan batu bara?

Well, sepertinya aksi ambil untung alias profit taking masih membayangi komoditas ini. Maklum, harga batu bara pernah naik 10 hari perdagangan tanpa henti, 7-20 Desember 2021. Dalam periode itu, harga melesat 26,66%.

Oleh karena itu, wajar jika investor 'gatal' untuk mencairkan keuntungan. Sebab potensi cuan yang bisa direngkuh memang tidak main-main. Selama batu bara menjanjikan keuntungan besar, maka risiko aksi jual akan terus membayangi.

Selain itu, sentimen negatif masih menghinggapi batu bara. Kesadaran dunia yang semakin tinggi akan ancaman krisis iklim membuat sumber energi fosil yang kotor seperti batu bara sulit mendapat tempat.

Bahkan negara produsen, konsumen, dan eksportir batu bara besar seperti Australia bakal meninggalkan sumber energi tersebut. Australian Energy Market Operator (AEMO) akan menyusun rencana untuk mencapai netral karbon pada 2050.

Dalam rencana tersebut, Australia diperkirakan bakal meninggalkan sepenuhnya pembangkit listrik bertenaga batu bara pada 2043. "Tidak ada lagi pembangkitan listrik dengan batu bara pada 2043," tegas Daniel Westerman, CEO AEMO, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Batu bara, lanjut Westerman, akan digantikan oleh sumber energi lain seperti matahari, hidro, gas, dan sebagainya. Dibutuhkan investasi sekitar AU$ 12 miliar untuk membangun berbagai infrastruktur tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular