
Kabar Baik dari Afsel, IHSG Bakal Menguat 5 Hari Beruntun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mencatat penguatan 4 hari beruntun pada perdagangan Selasa setelah naik 0,35% ke 6.598,343. Dalam 4 hari total penguatan IHSG lebih dari 1%.
Penguatan IHSG berpeluang berlanjut dan mencatat penguatan 5 hari beruntun pada perdagangan hari ini, Rabu (29/12), melihat sentimen pelaku pasar yang cukup bagus. Tetapi tetap waspada akan kemungkinan terjadinya aksi ambil untung (profit taking).
Kabar baik bagi pasar finansial global datang dari Afrika Selatan (Afsel). Hasil studi terbaru menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.
Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.
"Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat menurunkan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut," kata para ilmuwan, sebagaimana diwartakan Reuters, Selasa (27/12).
Hasil riset tersebut juga dikatakan konsisten dengan temuan sebelumnya yakni Omicron menggantikan varian Delta karena individu yang terinfeksi memperoleh kekebalan yang menetralisir Delta.
Penelitian tersebut memberikan harapan Omicron akan menjadi akhir dari pandemi Covid-19, apalagi jika ada riset yang lebih luas juga menunjukkan hal yang sama.
Secara teknikal, penguatan IHSG kemarin masih tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.610 hingga 6.620 yang sebelumnya merupakan support kuat.
Ketika MA 50 ditembus dan tertahan di bawahnya, tekanan IHSG menjadi cukup besar. IHSG kini sudah 8 hari di bawah MA 50. Jika level tersebut ditembus IHSG berpeluang menguat ke 6.650.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG juga belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.
Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.
Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Tekanan bagi IHSG semakin besar melihat indikator Stochastic sudah mencapai wilayah jenuh beli (overbought) pada grafik 1 jam.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Selain itu pergerakan kemarin membuat IHSG membentuk gap (celah). Secara teknikal gap tersebut biasanya akan ditutup di kisaran 6.570 yang juga menjadi support terdekat. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuat IHSG merosot ke 6.525 hingga 6.500.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000