Tahun Ini Bank Mini Terbang Tinggi, Ini Bocoran Tahun Depan!

Riset, CNBC Indonesia
28 December 2021 14:30
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2021 pasar saham Tanah Air diwarnai dengan kenaikan signifikan pada harga saham-saham bank mini yang berencana jadi bank digital dan emiten teknologi.

Tahun ini memang tinggal hitungan hari. Seorang investor seharusnya mengambil stance forward looking supaya bisa ahead the curve untuk memperoleh kinerja investasi yang optimal.

Dalam rangka memburu cuan di tahun 2022, strategi harus sudah diformulasikan sejak awal. Jika melihat saham-saham bank digital dan emiten teknologi memberikan return bagger di 2021, apakah masih mungkin saham dari sektor tersebut lanjut reli di 2022?

Sebelum memproyeksikan nasib emiten dari dua sektor di atas, kita harus paham terlebih dahulu faktor pendorong mengapa saham-saham bank digital dan teknologi bisa melesat ratusan hingga ribuan persen.

Untuk kasus bank digital, katalis positifnya adalah aturan dari regulator yang dalam hal ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lewat POJK nomor 12 dan 13 yang sah akhir Oktober lalu, dua paket aturan ini menjadi payung hukum bagi pendirian bank digital.

OJK sendiri mendorong agar bank-bank domestik memiliki permodalan yang kuat. Tahun depan OJK mensyaratkan bank yang masuk kategori KBMI I harus memiliki modal inti minimal Rp 3 triliun.

Jika mengacu pada laporan OJK, masih ada beberapa bank mini yang belum mencapai ketentuan tersebut. Artinya untuk menambah modal, akan ada aksi korporasi yang dilakukan semisal dengan Penambahan Modal dengan Hal Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue (RI).

Dampaknya para bank mini berbondong-bondong mencari bohir baru yang siap mengucurkan dana segar serta menyokong bisnis digitalisasi dan menyediakan ekosistim. Alhasil tentu saja valuasi perusahaan sebelum dan sesudah kedatangan investor baru menjadi berbeda.

Apalagi jika melihat model bisnis bank digital yang bisa lebih agile dengan konsep branchless, maka efisiensi operasional bisa didongkrak.

Laju penyaluran kredit bisa lebih dioptimalkan, fee based income serta biaya dana bisa ditekan alhasil profitabilitas bank juga bisa ikut terdongkrak. Hal inilah yang setidaknya dipertimbangkan pasar.

Melihat prospek bisnis yang cerah di sektor perbankan digital ini banyak investor baik lokal dan asing yang tergiur untuk memasuki sektor ini.

Namun jika ingin mendirikan bank baru modal yang harus dikeluarkan mencapai Rp 10 triliun. Artinya modal mendirikan bank jauh lebih mahal berkali-kali lipat dibandingkan mengakuisisi bank mini karena modal yang dibutuhkan biasanya lebih kecil karena memang awalnya diarahkan untuk memenuhi ketentuan pemenuhan modal.

Faktor tersebutlah yang juga memicu maraknya aksi Merger and Acquisition (M&A) dari investor lokal maupun global di sektor perbankan terutama digital bank ini. Aksi korporasi ini juga menjadi semakin menyemarakkan pasar.

Untuk tahun depan investor patut mencermati kemungkinan aksi korporasi lanjutan dari bank digital. Investor dapat memilih saham-saham bank digital yang memiliki ekosistem dan dibekingi oleh investor strategis yang kuat. Ini menjadi bocoran pertama saham yang berpeluang besar menjadi bagger tahun depan.

Kemudian terkait dengan saham teknologi, tahun ini return-nya memang di atas rata-rata. Namun sayangnya masih banyak saham dari sektor ini yang memiliki likuiditas transaksi rendah sehingga rawan terjadi aksi goreng menggoreng (cornering).

Hanya saja prospek saham emiten teknologi tahun depan masih cukup positif terutama akan ditopang oleh sektor e-commerce.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi e-commerce tahun depan dapat mencapai Rp 530 triliun atau meningkat 31% year on year (yoy) dari estimasi tahun ini di Rp 403 triliun.

Tahun depan memang aka nada GoTo yang rencananya bakal melantai di bursa domestik. Nilainya pun jumbo. Jika melihat tren IPO jumbo tahun ini yang cukup melempem, maka investor harus lebih berhati-hati dan faktor likuiditas pasar harus benar-benar dipertimbangkan.

Namun sejatinya pertumbuhan e-commerce yang pesat ini bisa menjadi katalis positif untuk sektor lain seperti logistik dan jasa kurir. Untuk itu investor juga perlu mencermati saham-saham emiten sektor ini yang berpeluang mendulang cuan besar tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular