
Myanmar dan Malaysia Kompak Kerek Harga Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasokan timah yang terganggu dari Asia Tenggara jadi pendorong lonjakan harga timah mendekati level psikologis US$ 40.000/ton jelang tutup tahun.
Akhir pekan kemarin harga nikel ditutup di US$ 39.260/ton, naik 0,93% dibanding hari sebelumnya.
![]() |
Pasokan timah dari Malaysia berkurang setelah perusahaan produsen timah terbesar ketiga dunia, Malaysia Smelting Corp (MSC) menunda pencabutan status force majeure. MSC menyumbang sekitar 7% dari pasokan global tahun 2020, berdasarkan Asosiasi Timah Internasional. Diperkirakan MSC menghasilkan produksi 22.400 ton tahun lalu, berdasarkan Asosiasi Timah Internasional (ITA).
Produksi yang masih akan ditutup akan membuat pasokan timah dunia makin ketat. Ini akan mendorong laju harga timah.
Di sisi lain pasokan di China diperkirakan makin ketat setelah impor dari pemasok konsentrat timah Myanmar pada November turun 56%dibandingkan bulan sebelumnya. Impor konsentrat timah asal Myanmar pada bulan November tercatat 7.184 ton.
Impor yang turun merupakan dampak dari penutupan akses kedua negara akibat COVID-19. China menutup pelabuhan darat Menga, di provinsi peleburan timah Yunnan yang berbatasan dengan Myanmar sejak 10 November.
"Kota-kota perbatasan China dengan Myanmar telah menghadapi pembatasan penguncian COVID-19 berulang kali sejak awal pandemi karena porositas relatif perbatasan dan prevalensi kasus COVID-19 Myanmar yang lebih tinggi," kata Tom Mulqueen, analis Amalgamated Metal Trading Ltd.
Myanmar sendiri adalah pemasok terbesar China dengan kontribusi 82% dari total impor konsentrat timah China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Pakai Batu Bara Australia, Harga Timah Melesat