
Ini Dia! 8 Merger & Akuisisi Paling Fenomenal Sepanjang 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - 2021 menjadi tahun yang semarak oleh serangkaian aksi korporasi merger maupun akuisisi.
Tak hanya di sektor keuangan, perusahaan yang melakukan akusisi maupun merger pada tahun ini juga cukup merata, baik di sektor telekomunikasi, pertambangan, hingga properti.
CNBC Indonesia mencatat, terdapat beberapa aksi korporasi merger dan akuisisi paling fenomenal di tahun ini:
1.Grup Djarum Caplok PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) Rp 17 T
Emiten menara telekomunikasi milik Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) resmi mengakuisisi 94,03% saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dengan nilai transaksi Rp 16,73 triliun.
Transaksi tersebut dilakukan pada 1 Oktober 2021 yang dilakukan melalui anak usaha TOWR, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dengan harga pelaksanaan Rp 15.640 per saham.
Protelindo mengambialih saham SUPR dari 14 pihak, antara lain, PT Kharisma Indah Ekaprima, Cahaya Anugerah Nusantara Holdings Limited; Pioneering Networks Investments; Fajarindo Nusantara Holdings; Perdana Indonesia Holdings; Uniperkasa Indonesia Investments; Nusantara Connectivity Ventures; Puncak Pratama Holdings Limited.
Selanjutnya, Clearwater Insight Investments; Tumbuh Abadi Holdings Limited; Sentral Nusantara Holdings Limited; Great Archipelago Capital; Evergreen Digital Capital; dan Towering Heights Investments Limited.
Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen TOWR menyampaikan, latar belakang dilakukannya transaksi pengambilalihan di antaranya adalah untuk pengembangan usaha Protelindo serta perluasan jaringan usaha agar dapat memperkuat posisi Protelindo sebagai pemilik dan operator tower independen dalam rangka melayani operator telekomunikasi Indonesia.
STP merupakan salah satu perusahaan menara telekomunikasi di Indonesia dengan 6.780 menara dan 12.500 penyewaan dan lebih dari 9.000 km jaringan kabel fiber optic. STP didirikan tahun 2006 dan merupakan perusahaan tercatat di BEI.
Selain menyewakan menara telekomunikasi, STP juga menyediakan layanan fiber optic backhaul capacity dan layanan lain terkait dengan operator jaringan telekomunikasi, penyedia jasa internet dan lainnya. Protelindo merupakan salah satu pihak yang berpartisipasi dalam proses lelang kompetitif selama 4 bulan, dan telah terpilih menjadi pemenang lelang.
"Protelindo melihat bahwa portfolio milik STP akan semakin melengkapi portfolio yang dimiliki oleh Protelindo saat ini," ungkap manajemen TOWR, dikutip Rabu (6/10/2021).
Transaksi pengambilalihan ini akan memperkuat posisi Protelindo sebagai perusahaan tower independen terbesar di Indonesia dengan lebih dari 28.300 tower dan hampir 53.000 tenant dan rasio tenancy mendekati 1,9x.
Sebagai tambahan, STP memiliki fokus signifikan atas pendapatan dari Top-3 operator sehingga akuisisi ini akan semakin memperkuat profil pelanggan Tier-1 Protelindo. Nantinya, Protelindo akan melakukan integrasi terhadap portfolio milik STP ke dalam milik Protelindo.
2.Merger Indosat dan Tri Indonesia
Selanjutnya, perhatian pasar juga tertuju pada aksi merger dua perusahaan telekomunikasi nasional, PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I).
Merger kedua perusahaan diperkirakan berlaku efektif mulai 4 Januari 2022. Sebelumnya, kedua pihak telah menandatangani perjanjian penggabungan bersyarat pada 16 September 2021 yang kemudian diperbarui pada 20 Desember. Meski demikian, belum disebutkan berapa nilai merger tersebut.
Namun, berdasarkan catatan CNBC Indonesia, pada September 2021 lalu, potensi nilai merger keduanya berpotensi mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 86 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.
Nantinya, Indosat akan menerbitkan sebanyak 2,62 miliar saham kepada pemegang saham H3I yang mewakili 32,6% kepemilikan saham dalam modal perusahaan penerima penggabungan usaha.
Sehingga, setelah penyelesaian penggabungan, pengendali Indosat akan menjadi Ooredo South East Asia dan CK Hutchison Indonesia.
Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen Indosat menyampaikan, tujuan dilakukannya penggabungan usaha ini untuk menciptakan sinergi-sinergi operasional yang signifikan yang akan memungkinkan investasi-investasi yang menguntungkan konsumen dan menghasilkan nilai bagi para pemegang saham perusahaan penerima penggabungan usaha.
3.Grup Medco Akuisisi ConocoPhillips
Selanjutnya, di sektor pertambangan, Emiten migas yang didirikan pengusaha Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL).
Perseroan akan mengakuisisi kepemilikan saham dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips (COP). CIHL memegang 100% saham di ConocoPhillips (Grissik) Ltd. (CPGL) dan 35% saham di Transasia Pipeline Company Pvt. Ltd. (Transasia). CPGL adalah Operator dari Corridor PSC dengan kepemilikan 54% working interest.
Nilai transaksi akuisisi ini diperkirakan mencapai US$ 1,35 miliar atau sekitar Rp 19,30 triliun.
CEO Medco Energi, Roberto Lorato mengatakan, transaksi ini melanjutkan rekam jejak MedcoEnergi dalam memberikan nilai tambah melalui akuisisi dan sesuai dengan strategi perubahan Iklim perseroan.
"Akuisisi ini akan semakin memperkuat posisi MedcoEnergi di Asia Tenggara dan akan menghasilkan sinergi yang kuat dengan wilayah kerja kami di Sumatra. Kami siap menyambut seluruh pekerja berkualitas dari Corridor PSC untuk bergabung ke dalam grup MedcoEnergi," katanya dalam keterangan resmi.
Transaksi ini diharapkan selesai pada Q1 2022, dengan mengikuti persyaratan yang berlaku umum serta persetujuan para pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
4.Blibli Akusisi Pengelola Ranch Market Rp 2,03 T
Selanjutnya, ekspansi Grup Djarum terus bergulir. PT Global Digital Niaga (GDN) atau lebih dikenal dengan Blibli resmi menuntaskan akuisisi atas 51% saham pengelola Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) senilai Rp 2,03 triliun.
Perseroan mengambilalih sebanyak 797.888.628 saham milik PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) dari PT Wijaya Sumber Sejahtera, PT Prima Rasa Inti, PT Gunaprima Karyaperkasa, PT Ekaputri Mandiri, David Kusumodjojo, Suharno Kusumodjojo dan Harman Siswanto.
"Pengambilaihan saham tersebut mengakibatkan perubahan pengendalian pada RANC. Saham-saham tersebut dibeli pada harga Rp 2.550 per saham, sehingga total nilai transaksi pengambilalihan adalah sebesar Rp 2.034.616.001.400," ungkap Direksi Blibli, Jumat (1/10/2021).
Manajemen Blibli menyatakan, saat ini penerima manfaat dari GDN adalah Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono, pendiri Grup Djarum.
"Tujuan pengambilalihan ini untuk pengembangan usaha dan perluasan ekosistem perseroan sebagai salah satu perusahaan e-commerce terkemuka di Indonesia," urai manajemen.
