
Masih Pagi Harga Minyak Sudah Beterbangan!

Secara fundamental, kenaikan harga minyak dipicu oleh kabar dari Amerika Serikat (AS). Pada pekan yang berakhir 17 Desember 2021, stok minyak Negeri Adidaya berkurang 4,7 juta barel menjadi 423,6 juta barel. Penurunan ini jauh lebih dalam dari ekspektasi pasar, yang memperkirakan berkurang 2,7 juta barel.
"Kita menyaksikan produksi turun, sementara stok semakin berkurang. Ini tentu mendukung kenaikan harga," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group yang berbasis di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan di Eropa juga mendukung kenaikan harga minyak. Pasokan gas alam di Benua Biru terganggu, yang membuat harga melesat.
Akibatnya, pelaku usaha harus beralih ke sumber energi lain. Selain batu bara, minyak menjadi opsi sebagai sumber energi primer pembangkit listrik.
"Di Eropa, terjadi peralihan penggunaan gas alam ke minyak. Ini adalah permintaan yang tidak terduga dan bisa terus terjadi dalam beberapa bulan ke depan," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates LLC yang berbasis di Houston, sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)