Rupiah Galak! Bisa Tembus Rp 14.200/US$ Hari Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 December 2021 12:21
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (22/12). Di awal perdagangan pagi tadi rupiah bahkan menguat tajam hingga mendekati Rp 14.200/US$.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah melesat 0,37% ke Rp 14.260/US$. Apresiasi rupiah bertambah menjadi 0,58% ke Rp 14.230/US$, yang merupakan level terkuat sejak 19 November lalu.

Sayangnya rupiah mengendur setelah mencapai level tersebut. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.275/US$, menguat 0,27% di pasar spot.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan mampu mempertahankan penguatan, meski belum akan menembus Rp 14.200/US$. Hal tersebut terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Penguatan bursa saham global sejak kemarin menjadi indikasi sentimen pelaku pasar mulai membaik yang menguntungkan bagi rupiah. Sebagai mata uang emerging market, rupiah akan menarik ketika sentimen pelaku pasar membaik, begitu juga sebaliknya.

Investor di seluruh dunia, baik di Amerika Serikat (AS), Eropa, maupun di Asia Pasifik sendiri kemarin cenderung bersepakat bahwa varian terbaru Covid-19 berjulukan Omicron tersebut tidak akan membanting perekonomian dunia.

Betul bahwa beberapa negara melakukan pengetatan kegiatan ekonomi dan pembatasan sosial (lockdown). Namun, dampaknya diprediksi bakal lebih terukur dan bersifat jangka pendek setelah karakteristik Omicron yang lebih "bersahabat" akhirnya terbukti secara klinis.

Artinya, jika nanti Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengonfirmasi hipotesis bahwa Omicron memang tak memicu komplikasi, maka dalam hitungan hari dan bahkan jam pemerintah dari berbagai negara akan mencabut kembali lockdown.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular