Rupiah Sakti Mandraguna, 3 Dolar Dilibas Sekaligus!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 21/12/2021 15:45 WIB
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sebenarnya sempat mengalami tekanan di awal perdagangan Selasa (21/12). Tetapi sejak tengah hari justru mampu menguat tajam, tidak hanya melawan dolar Amerika Serikat (AS) tetapi juga dolar Singapura dan dolar Australia.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 15:00 WIB, rupiah melesat 0,43% melawan dolar AS ke Rp 14.313/US$ di pasar spot. Di waktu yang sama rupiah juga menguat 0,3% melawan dolar Singapura ke Rp 10.484,18/SG$ dan 0,42% melawan dolar Australia ke Rp 10.176,54/AU$.

Salah satu pemicu penguatan rupiah yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang optimistis perekonomian Indonesia tumbuh lebih dari 5% di kuartal IV-2021.


"Momentum pemulihan ekonomi kembali menguat setelah terinterupsi varian delta. Untuk 2021, ekonomi diperkirakan tumbuh 3,5-4% dan pada kuartal IV tumbuh di atas 5% karena akselerasi yang kuat," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita periode Desember 2021, Selasa (21/12/2021).

Kebangkitan ekonomi Indonesia ini tercermin dari data penerimaan pajak. Hampir semua jenis pajak sudah tumbuh positif, jauh berbeda dengan tahun lalu.

Misalnya PPh 21, yang dibayarkan oleh karyawan. Pada Januari-November 2021, penerimaan PPh 21 tumbuh 3,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (cumulative-to-cumulative/ctc). Pada Januari-November 2021, penerimaan PPh 21 turun 5,2% ctc.

"Ini menggambarkan pemulihan ekonomi menciptakan kesempatan kerja dan menimbulkan penerimaan PPh 21," kata Sri Mulyani.

Selain itu, penerimaan negara diyakini bisa mencapai target Rp 1.743,6 triliun pada tahun ini.

Hingga akhir November 2021, beberapa pos penerimaan sudah mencapai target. Seluruhnya disebabkan oleh lonjakan harga komoditas, terutama batu bara dan minyak kelapa sawit yang harganya alami kenaikan dalam setahun terakhir.

Lihat saja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 25,4% menjadi Rp 382,5 triliun atau 128,3% dari target APBN. Kenaikan ditopang oleh pendapatan SDA migas 24,7% dan non migas 86,9% di mana masing-masing sudah berada di atas target.

Sementara itu untuk kepabeanan cukai mencapai Rp 232,3 triliun atau tumbuh 26,6% yoy. Realisasi ini bahkan sudah dulu melebihi target, yakni 108%.

Penerimaan pajak tumbuh 17% mencapai Rp 1.082,6 triliun atau 88% dari target. Kenaikan tertinggi ada pada PPh migas dengan 57,7% dan non migas tumbuh 12,6%. PPN tumbuh 19,8% dan PBB tumbuh minus 6,2% dan pajak lainnya tumbuh 79,7%.

Kemudian defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada akhir November Rp 611 triliun atau turun drastis menjadi 3,63% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan November 2020 yang mencapai 5,73% PDB.

"Ini cerita pemulihan ekonomi alami penyehatan kembali. Karena covid hantam semua masyarakat sosial dan ekonomi dan APBN," ungkap Sri Mulyani.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS