Duit Rp 25.000 T Batal Cair di Amerika, Rupiah Bakal Perkasa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 December 2021 06:53
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.375/US$ pada perdagangan Senin kemarin. Penyebaran virus corona varian Omicron masih menjadi penyebab utama pelemahan rupiah.

Faktor yang sama masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan Selasa (21/12), tetapi rupiah punya peluang untuk menguat melihat indeks dolar AS yang melemah awal pekan kemarin.

Pelemahan tersebut terjadi mengikuti penurunan yield obligasi AS (Treasury) setelah stimulus fiskal di Negeri Paman Sam kemungkinan besar tidak akan cair.

Senator Joe Manchin, yang menjadi kunci politik guna meloloskan paket investasi Presiden AS Joe Biden senilai US$ 1,75 triliun atau lebih dari Rp 25.000 triliun (kurs Rp 14.375/US$), menyatakan tidak akan mendukung paket tersebut. Goldman Sachs pun langsung memangkas proyeksi pertumbuhan AS.

Secara teknikal, rupiah kini kembali ke atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200) di kisaran Rp 14.340/US$ hingga Rp 14.350/US$.

Rupiah juga menjauhi support kuat di kisaran Rp 14.330/US$ yang merupakan Neckline pola Inverse Head and Shoulders. Pola tersebut memberikan tekanan bagi rupiah, karena merupakan sinyal kenaikan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR.

Puncak bawah Inverse Head and Shoulders berada di Rp 14.020/US$ sementara Neckline berada di kisaran Rp 14.330/US$. Artinya ada jarak sebesar 290 poin.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Ketika Neckline ditembus (break out), maka rupiah berisiko melemah sebesar jarak tersebut. Artinya, selama rupiah tertahan di atas Rp 14.330/US$, ada risiko melemah 290 poin ke Rp 14.620/US$.

Rupiah bisa lepas dari pola ini dan berbalik menguat jika mampu kembali ke bawah Rp 14.330/US$, dan bertahan di bawahnya, dengan potensi penguatan ke Rp 14.270/US$ di pekan ini.
Peluang penguatan rupiah terbuka cukup lebar melihat indikator Stochastic yang belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.400/US$ jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$ hingga Rp 14.450/US$ pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular