Malaysia Dilanda Banjir Dahsyat, Kurs Ringgit Merosot

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 December 2021 11:20
FILE PHOTO: A Malaysia Ringgit note is seen in this illustration photo June 1, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Negeri Jiran Malaysia sedang dilanda banjir dahsyat, sebanyak 8 negara bagian terendam banjir, dan puluhan ribu orang harus mengungsi. Di tengah bencana alam tersebut, kurs ringgit Malaysia merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (21/12) pukul 11:53 WIB, ringgit merosot 0,36% ke RM 4,2100/US$.

Barjoyau Bardai dari Universitas Tun Razak mengatakan kerugian ekonomi akibat banjir tersebut akan cukup besar dan paling banyak dirugikan adalah usaha kecil serta rumah tangga.

Selain ke sektor riil, banjir juga membuat sentimen di pasar finansial semakin memburuk.

"Banjir semakin memberikan dampak negatif ke sentimen di pasar finansial yang sudah memburuk akibat penyebaran virus corona Omicron," kata Thong Pak Leng, dari Rakuten Trade Sdn Bhd, sebagaimana diwartakan The Malaysian Reserve, Selasa (21/12).

Dalam konferensi pers akhir pekan kemarin, Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Air Malaysia (KASA) Dr Zaini Ujang mengatakan bahwa hujan deras yang dimulai pada Jumat dan berlangsung lebih dari 24 jam. Ini setara dengan curah hujan rata-rata selama sebulan dan merupakan peristiwa cuaca sekali dalam seratus tahun.

Analis menyebut bahwa banjir ini sendiri tak lepas dari efek perubahan iklim global. Dr Siew, yang merupakan penasihat perubahan iklim untuk Pusat Studi Pemerintahan dan Politik, mengatakan bahwa ini terlihat dari cakupan wilayah yang terendam banjir, di mana biasanya beberapa wilayah di wilayah tengah dan barat Malaysia tidak terendam.

"Ketika Anda memiliki efek akumulasi, dampak jangka panjangnya adalah Anda mengalami hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir,"ujarnya kepada Channel News Asia.

"Menjadi lebih sulit bagi ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan iklim."

Hal ini juga ditimpali oleh dosen lingkungan hidup Universiti Putra Malaysia Haliza Abdul Rahman. Haliza mengatakan bahwa hal ini sendiri tidak hanya terjadi Malaysia, namun juga di belahan bumi lainnya seperti Eropa, China dan Amerika Serikat (AS). Ia menyebut bahwa telah terjadi pola perubahan pada cuaca global.

"Menurut saya, perubahan iklim adalah faktor utama yang menyebabkan tingginya curah hujan selama Jumat dan Sabtu, yang mengakibatkan situasi banjir. Banjir telah disebut sebagai peristiwa sekali dalam seratus tahun. Tapi mungkin, lebih banyak insiden seperti itu akan berulang di tahun-tahun mendatang," pungkasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Tembus Rp 15.700/US$, Ringgit Malaysia Menguat Tajam!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular