
Bursa Asia Jebloknya Tak Kira-Kira, Dolar Australia Menderita

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (20/12). Penyebaran virus corona varian Omicron membuat bursa saham Asia jeblok. Artinya sentimen pelaku pasar sedang memburuk dan berdampak negatif bagi dolar Australia.
Pada pukul 14:11 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.1997,55, dolar Australia merosot 0,35% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dolar Australia merupakan mata uang risk-on, artinya ketika sentimen pelaku pasar bagus nilainya cenderung menguat, begitu juga sebaliknya ketika sentimen memburuk nilainya akan turun.
Buruknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham Asia yang jeblok tak kira-kira. Indeks Nikkei Jepang ambrol, lebih dari 2%, Hang Seng Hong Kong juga minus 2%.
Kemudian Kospi Korea Selatan turn 1,8%, Shanghai Composite China turun lebih dari 1%. Sementara indeks ASX Australia hanya turun 0,2% saja.
Rupiah juga sebenarnya tertekan ketika sentimen pelaku pasar memburuk. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga jeblok lebih dari 1% di perdagangan sesi II.
Meski demikian, rupiah masih diuntungkan dengan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi. Apalagi ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan lebih dulu menaikkan suku bunga ketimbang bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).
Jika itu terjadi, maka riil yield akan melebar dan semakin menguntungkan rupiah.
BI diprediksi akan menaikkan suku bunga di tahun depan. Sementara RBA di tahun 2023, berdasarkan survei yang dilakukan Reuters pada 29 November hingga 2 Desember, dengan 35 ekonom.
Tidak hanya sekali, RBA juga diprediksi akan agresif menaikkan suku bunga. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi di kuartal II-2023, sebesar 25 basis poin (0,25%) sehingga menjadi 0,5%, dan selanjutnya di penghujung 2023 dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
