
Bangun dari Tidur Panjang, Saham MDLN 'Ngamuk' Melesat 33%

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pengelola perumahan Jakarta Garden City di Cakung, Jakarta Timur, PT Modernland Realty Tbk (MDLN), melonjak hingga lebih dari 30% sepanjang sesi I perdagangan Senin (20/12/2021).
Melesatnya saham MDLN terjadi usai pihak bursa membuka suspensi (penghentian sementara perdagangan) saham tersebut di tengah kabar perusahaan telah efektif melakukan restrukturisasi utang atau obligasi globalnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga sesi I hari ini, saham MDLN melejit 33,33% ke posisi Rp 68/saham, dengan nilai transaksi Rp 9,16 miliar dan volume perdagangan 138,87 juta saham.
Sebelum kembali diperbolehkan beraktivitas di bursa pada hari ini, saham MDLN telah 'digembok' oleh bursa di seluruh pasar sejak 30 September 2020 atau lebih dari setahun lalu di tengah kasus gagal bayar kupon obligasi oleh anak usaha MDLN.
Sebelumnya, Modernland mengumumkan, restrukturisasi Guaranteed Senior Notes 2021 senilai US$ 150 juta dan Guaranteed Senior Notes 2024 US$ 240 juta telah efektif berjalan sejak Jumat pekan lalu (17/12/2021).
Obligasi global tersebut telah efektif setelah Modernland dan anak usahanya serta pihak terkait lainnya telah menandatangani pelbagai perjanjian untuk restrukturisasi Notes (termasuk berbagai indenture, dokumen jaminan, dan dokumen transaksi lainnya) sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Scheme of Arrangement.
Dalam keterbukaan informasi di website Bursa Efek Indonesia (BEI), restrukturisasi kedua obligasi global tersebut telah mendapatkan persetujuan (sanction) atau penetapan dari Pengadilan Tinggi Singapura pada 30 Agustus 2021 dan dicantumkan di dalam Registrar of Companies pada 3 September 2021.
Adapun tanggal jatuh tempo untuk kedua obligasi tersebut ikut berubah. Perubahan jatuh tempo Notes-2021 dari 30 Agustus 2021 menjadi 30 Juni 2025, sedangkan jatuh tempo Notes-2024 berubah dari 30 April 2024 menjadi 30 April 2027.
Asal tahu saja, Guaranteed Senior Notes 2021 diterbitkan oleh anak usaha Moderland, JGC Ventures Pte. Ltd (JGCV), sedangkan Guaranteed Senior Notes 2024 diterbitkan oleh entitas anak MDLN, Modernland Overseas Pte. Ltd (MLO).
Dalam skema restrukturisasi ini, MDLN berikut entitas anak, seperti JGCV dan MLO, wajib menjual satu atau beberapa aset pada atau sebelum 30 Juni 2023 sebesar US$ 40 juta dan pada atau sebelum 31 Desember 2024 sebesar US$ 160 juta. Selain itu, restrukturisasi obligasi ini akan dijamin dengan 12 jaminan bidang tanah (dan/atau bangunan) milik perseroan.
Menurut catatan CNBC Indonesia sebelumnya, MDLN pertama kali mengajukan moratorium pada September 2020, setelah perseroan mengalami gagal bayar atas kupon senior notes 2021 pada Agustus 2020. Gagal bayar pun berlanjut pada kupon senior notes 2024 yang jatuh tempo pada Oktober 2020.
Kala itu, MDLN mengalami kesulitan likuiditas akibat dampak pandemi COVID-19 yang menghantam dunia, khususnya Indonesia. Dalam pernyataan di keterbukaan informasi, perusahaan mengaku, pagebluk 'telah secara material memberikan dampak buruk terhadap bisnis dan cash flow perseroan (serta entitas anaknya)'.
Kesulitan likuiditas tersebut pada gilirannya mengganggu kemampuan JGCV dan MLO memenuhi kewajiban pembayaran Notes-2021 dan Notes-2024.
Dengan, adanya restrukturisasi utang global tersebut, MDLN menjelaskan, perseroan dapat terhindar dari gagal bayar (default) atas kedua Notes tersebut, yang juga berdampak positif bagi kelangsungan usaha perusahaan dan anak usaha ke depan.
"Selanjutnya, perseroan berpotensi meningkatkan rasio lancar (current ratio) yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan konsolidasian perseroan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham perseroan," jelas manajemen dalam keterbukaan informasi, dikutip CNBC Indonesia, Senin (20/12/2021).
Sebagai informasi, rasio lancar adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun.
Per 30 November 2021, mayoritas saham MDLN dikuasai PT Honoris Corporindo Pratama sebesar 12,78%, Haiyanto sebanyak 9,47%, PT Panin Sekuritas 8,05%, dan sejumlah pemegang saham lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gagal Bayar Nyaris Rp 6 T, Begini Nasib Restrukturisasi MDLN!