Amsyong.. Harga Tembaga Madesu Karena Ini!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 December 2021 09:44
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan logam dari China sebagai konsumen utama dunia terancam lesu. Ini menekan laju tembaga pada perdagangan awal pekan ini.

Pada Senin (20/12/2021) pukul 09:10 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.409/ton, turun 0,3% dibandingkan harga penutupan pekan lalu.

tembagaSumber: investing.com


"Data China menandakan bahwa latar belakang permintaan untuk logam tidak mungkin membaik, setidaknya dalam jangka pendek", kata Carsten Menke, Analis Julius Baer.

Dia menambahkan pasokan yang ketat masih akan membuat harga tembaga tetap tinggi. Output pabrik di China tumbuh lebih cepat dari perkiraan di bulan November.

Output pabrik naik 3,8% year-on-year (yoy) pada November, lebih cepat dari ekspektasi sebesar 3,6% (yoy). Angka tersebut pun lebih tinggi dari pencapaian bulan Oktober sebesar 3,5% yoy.

Tetapi pasar properti yang lesu terus berlanjut jadi salah satu pemberat tembaga. Permintaan yang lemah dan krisis likuiditas di antara pengembang jadi isu utama.

Berdasarkan Biro Statistik Nasional (NBS), penjualan rumah berdasarkan merosot 16,31% month-to-month (mom). Penurunan ini sudah terjadi lima bulan beruntun. Itu menunjukkan permintaan yang suram.

Saat sektor properti terpukul, permintaan tembaga menjadi terancam turun. Sebab, sektor ini menyumbang sebagian besar konsumsi tembaga.

Sementara China adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warning! JP Morgan Bilang Harga Tembaga Bearish

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular