Tertekan di Pasar Spot, Rupiah Stagnan di Kurs Tengah BI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2021 17:39
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sejak awal perdagangan Jumat (17/12) hingga penutupan tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot. Tetapi  di kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah juga mengalami pelemahan.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah melemah 0,17% di pasar spot ke Rp 14.365/US$. Sementara itu, data dari BI menunjukkan kurs tengah atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 14.343/US$ sama dengan posisi kemarin. 

Rupiah sejak Kamis kemarin sebenarnya berpeluang menguat, tetapi semua buyar setelah virus corona varian Omicron dilaporkan masuk ke Indonesia. Sentimen pelaku pasar pun memburuk, dan rupiah berbalik arah.

Indikasi rupiah bisa menguat hari ini terlihat dari indeks dolar AS yang merosot 0,54% ke 95,994 Kamis kemarin, sehari setelah bank sentral AS (The Fed) mengumumkan kebijakan moneternya.

The Fed mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) diperbesar menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 15 miliar. QE The Fed saat ini nilainya US$ 90 miliar sehingga mulai bulan Januari QE The Fed nilainya sebesar US$ 60 miliar, dan terus dikurangi setiap bulannya, hingga berakhir di bulan Maret.

Kemudian untuk suku bunga, dilihat dari Dot Plot anggota Federal Open Market Committee (FOMC), akan ada tiga kali kenaikan suku bunga di tahun depan.

Dengan kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali, riil yield di Amerika Serikat masih akan negatif tahun depan, yang menguntungkan bagi emas.

Saat ini yield Treasury tenor 10 tahun berada di 1,4582%. Jika tahun depan The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali sebesar 75 basis poin, hitung-hitungan kasar yield Treasury juga akan ikut naik 75 basis poin sehingga menjadi sekitar 2,2%.

Sementara inflasi di tahun depan, The Fed memperkirakan sebesar 2,6%, lagi-lagi hitungan kasar, riil yield di AS masih akan negatif sekitar 0,4%.

Apalagi itu jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali. Sementara ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan suku bunga akan dinaikkan jika pasar tenaga kerja maksimum sudah tercapai.

Artinya, jika kondisi pasar tenaga kerja maksimum belum tercapai, The Fed bisa jadi akan menunda menaikkan suku bunga atau hanya menaikkan satu atau dua kali, sehingga riil yield bisa negatif lebih dalam lagi. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular