Analisis Teknikal

Tekanan Makin Besar, Waspada IHSG Merosot ke 6.525 di Sesi 2

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2021 13:14
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masuknya virus corona Omicron ke Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi pada perdagangan sesi I, Jumat (17/12). Membuka perdagangan di zona merah, IHSG sempat masuk ke zona hijau untuk beberapa saat. Tetapi sayangnya gagal dipertahankan dan malah merosot 0,4% ke 6.567,21 di akhir sesi I.

Sebanyak 291 saham merah, sementara 219 lain masih hijau, dan 162 sisanya flat.

Nilai perdagangan masih tipis di level Rp 6,7 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 802.000-an kali. Investor asing hari ini masih mencetak penjualan bersih (net sell), senilai Rp 33,5 miliar.

Tekanan bagi IHSG masih cukup besar di perdagangan sesi II. Selain Omicron, sentimen negatif juga datang dari bank sentral Inggris yang menaikkan suku bunga acuannya dari 0,1% menjadi 0,25%, menjadi kenaikan yang pertama di antara bank sentral negara maju sejak era pandemi.

Kebijakan tersebut bisa memberikan gambaran jika bank sentral negara maju, termasuk bank sentral AS (The Fed) bisa menaikkan suku bunga lebih cepat dari prediksi, yang bisa memicu capital outflow dari dalam negara emerging market.

Secara teknikal, IHSG kini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.600 hingga 6.610 yang sebelumnya menjadi support kuat. MA 50 tersebut selalu menahan penurunan IHSG sejak pekan lalu.

Kini setelah ditembus, bahkan tertahan di bawahnya, tekanan bagi IHSG semakin besar. Apalagi jika akhir perdagangan nanti masih berada di bawah MA 50.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Selain itu IHSG belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.

Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.

Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.

Di perdagangan sesi II, IHSG masih berisiko turun ke 6.525.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Meski demikian, IHSG berpeluang juga menguat melihat grafik 1 jam di mana indikator Stochastic sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Jika mampu rebound, IHSG masih akan ditahan di MA 50 di 6.600 hingga 6.610.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular