
Batu Bara 'Kesurupan'!

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara benar-benar luar biasa. Harga komoditas ini kembali naik, menjadi kenaikan selama delapan hari beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup US$ 179,1/ton. Melesat 5,82% dari hari sebelumnya.
Dengan demikian, harga si batu hitam sah naik delapan hari berturut-turut. Selama periode tersebut, harga melesat 23,86%.
Kenaikan harga gas menjadi latar belakang lonjakan harga minyak. Harga kontrak gas untuk pembangkit listrik di pasar Belanda, yang menjadi acuan Eropa, berada di EUR 145 per MWh. Semakin dekat dengan rekor tertinggi sepanjang sejarah yang tercipta pada Oktober lalu.
Kebutuhan gas yang tinggi didorong oleh kenaikan penggunaan listrik untuk penghangat ruangan saat musim dingin. Pada saat yang sama, pasokan gas alam dari Rusia masih terhambat.
Gazprom, perusahaan migas asal Negeri Beruang Merah, masih menunggu izin untuk mengisi pipa Nord Stream yang melalui Ukraina dan Belarusia. Kini pasokan gas di pipa tersebut baru terisi sepertiga dari total kapasitas yang tersedia, 31,4 juta kubik meter dari 89 juta kubik meter.
Pekan lalu, parlemen Uni Eropa meminta penyelidikan terhadap Gazprom. Perusahaan ini dituding menjadi biang keladi kenaikan harga gas di Eropa karena ditengarai ada manipulasi.
Saat pasokan gas terbatas, pembangkit listrik kembali beralih ke batu bara sebagai sumber energi primer. Permintaan batu bara kembali meningkat, jadi tidak heran harganya melesat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu
