Pasca Jeblok 1,2%, Kurs Dolar Australia Naik Dekati Rp 10.200

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 December 2021 09:55
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia naik tipis melawan rupiah pada perdagangan Rabu (15/12) pagi, setelah merosot dalam dua hari beruntun. Dolar Australia kini kembali mendekati Rp 10.200/AU$.

Pada pukul 10:28 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.189,32, dolar Australia menguat 0,12% di pasar spot, melansir data Refintiv. Sebelumnya dalam dua hari dolar Australia merosot 0,45% dan 0,8%, artinya lebih dari 1,2% dalam 2 hari. 

Pergerakan tipis-tipis kemungkinan akan terjadi hingga penutupan perdagangan nanti, sebab perhatian pelaku pasar valas saat ini tertuju ke pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Pengumuman tersebut akan mempengaruhi pergerakan valuta asing termasuk dolar Australia melawan rupiah. Sebab, jika bank sentral AS (The Fed) agresif alam menormalisasi kebijakan moneternya, aliran modal berisiko keluar dari negara emerging market seperti Indonesia yang bisa membuat rupiah tertekan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) menjadi US$ 30 miliar setiap bulan, dari saat ini US$ 15 miliar. Dengan nilai QE saat ini US$ 120 miliar, maka percepatan tapering akan membuatnya menjadi nol alias selesai dalam waktu 4 sampai 5 bulan.

Setelah QE selesai, maka langkah selanjutnya adanya menaikkan suku bunga.

Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan mayoritas ekonom memperkirakan suku bunga akan dinaikkan pada kuartal III-2022, tetapi ada beberapa yang melihat kenaikan di kuartal I-2022 yang artinya dalam 3 bulan ke depan.

Survei tersebut dilakukan pada 3 sampai 8 Desember, dan menunjukkan The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% di kuartal III-2022. Kemudian, akan ada 3 kali kenaikan lagi, yakni di kuartal IV-2022, serta kuartal I dan II-2023.

Suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) akan berada di 1,25% - 1,5% pada akhir 2023.

Skenario kenaikan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan memang sudah diantisipasi pelaku pasar yang terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group.

Tetapi, ceritanya tentu akan berbeda jika The Fed menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, hal tersebut berisiko membuat rupiah tertekan termasuk melawan dolar Australia.
Hasil survei Reuters menunjukkan sebanyak 16 orang ekonom melihat kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan pada kuartal II-2022, sementara 5 ekonom memperkirakan kenaikan di kuartal I-2022.

Sebagai perbandingan, survei yang sama dilakukan satu bulan sebelumnya menunjukkan hanya 5 ekonom yang melihat suku bunga dinaikkan di kuartal II-2022, dan satu orang saja yang melihat kenaikan sekitar Januari - Maret 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular