Serbu Bank Mini RI, Begini Jejak Para Pemodal Korea

Feri Sandria, CNBC Indonesia
14 December 2021 11:20
South Korea Financial Markets
Foto: Seorang pedagang mata uang bekerja di dekat layar yang menunjukkan nilai tukar mata uang asing di ruang transaksi pertukaran mata uang asing di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 7 Februari 2019. Foto AP / Lee Jin-man

Jakarta, CNBC Indonesia - Dari grup boyband BTS hingga serial hits Netflix Squid Games, budaya pop Korea Selatan resmi menginvasi kehidupan masyarakat global, termasuk Indonesia. Selain itu, saat ini di sektor jasa keuangan, lebih khusus lagi terkait bank mini dan perbankan digital, Korea Selatan juga tampaknya ikut tertarik untuk terjun dan menjadi pemain utama.

Sektor jasa keuangan Indonesia tampaknya terlihat seperti 'kolam susu' di mata para investor raksasa finansial dunia. Hal ini dikonfirmasi oleh laporan Morgan Stanley (MS) pertengahan tahun lalu, mengenai perbankan Indonesia yang berjudul "M&A: Higher Foreign Participation to Enhance Capital Base and Efficiency".

Dalam riset tersebut, Morgan Stanley, menekankan bahwa tren merger dan akuisisi (M&A) akhir-akhir ini menunjukkan bahwa Indonesia membuka lebih banyak peluang kepada bank asing.

MS menyebutkan, akuisisi bank RI oleh bank asing mulai intensif. Bahkan M&A di industri perbankan Indonesia menjadi lebih aktif dengan akuisisi senilai Rp 101 triliun atau setara dengan US$ 7 miliar yang terjadi sejak 2019 (atau US$ 4,7 miliar per tahun).

"Bank asing mendominasi akuisisi di tahun 2019 hingga 2020 dengan nilai saham 99%," tulis riset Morgan Stanley.

Menurut MS, pertumbuhan dan kondisi yang berbeda di beberapa kawasan regional tampaknya menjadi motivasi utama bagi bank asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia, termasuk bank-bank dari Korea yang aktif melakukan M&A baru-baru ini.

Bank-bank Indonesia terlihat lebih atraktif dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) untuk pinjaman 10 tahun sebesar 16% pada tahun 2019, lebih besar dari Korea sebesar 7%. Net Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia juga tinggi, yaitu mencapai 5,9% pada 2019, dibanding Korea sebesar 1,9%.

Selain itu, alasan lain yang membuat akuisisi tersebut menarik adalah fakta bahwa tingkat populasi penduduk yang belum menjadi nasabah perbankan (unbanked population) di Indonesia masih cukup tinggi.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, pada Maret lalu, terdapat 83 juta penduduk yang tergolong dalam unbanked population dengan penetrasi internet sebesar 67% dan penetrasi smartphone sebesar 60%. Sementara, sebanyak 196,7 juta atau 73,7% dari total penduduk Indonesia memiliki akses ke internet.

Lantas, apa saja institusi keuangan atau bank asal Korsel yang telah melakukan akuisisi bank mini RI?

1. APRO Financial Co. Ltd

APRO Financial adalah perusahaan pembiayaan dari Korea Selatan yang berfokus di sektor pinjaman konsumen. Perusahaan ini mengakuisisi ke PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) pada 25 Oktober 2018 dengan membeli 77,38% saham perusahaan. Kemudian, pada 8 Juli 2019 Bank Dinar melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Oke Indonesia (Bank Oke) yang juga dimiliki oleh APRO sebesar 99% (pada Mei 2017).

Asal tahu saja, sebelum berganti nama pada 2012, Bank Dinar bernama PT Liman International Bank yang didirikan pada tahun 1990.

Adapun Bank Oke Indonesia (sebelum bergabung dengan Bank Dinar) sebelumnya bernama Bank Andara. Bank Andara sendiri didirikan pada tahun 1980 dengan nama Maskapai Andil Indonesia Bank Pasar Seri Partha, sebelum berganti nama tiga kali, yakni pada 1997 menjadi PT Bank Sri Partha, pada April 2009 menjadi Bank Andara. Kemudian, namanya berganti lagi, seturut dengan pencaplokan 99% saham bank oleh APRO, pada Agustus 2017 menjadi Bank Oke Indonesia.

Dalam merger tersebut, Bank Oke merupakan Bank yang menggabungkan diri sedangkan Bank Dinar merupakan Bank yang menerima penggabungan alias surviving bank. Kemudian, pada 26 Agustus 2019 perseroan melakukan perubahan nama dari PT Bank Dinar Indonesia Tbk menjadi PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR).

Situs Bank Oke menjelaskan, APRO didirikan pada tahun 1999 sebagai A & O Financial dan diakuisisi oleh J & K Capital pada tahun 2004 dan menjadi APLO FC Group.

Kemudian berubah namanya menjadi A & P Financial pada tahun 2007. Setelah itu A & P Financial diperluas ke China dan Polandia dan selanjutnya menjadi APRO Financial Co. Ltd di 2014.

2. Hana Financial Group

Pada tahun 2007, Hana Financial Group asal Korea Selatan mengakuisisi Bank Bima dan mengubah namanya menjadi PT Bank Hana. PT Bank Hana kemudian melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank KEB Indonesia pada tahun 2013 sehingga berubah menjadi PT Bank KEB Hana.

Selang setahun kemudian, nama PT Bank KEB Hana diubah menjadi PT Bank KEB Hana Indonesia dan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan pada27 Juni 2014.

Hana Financial Group sendiri didirikan pada 1971 dengan aset mencapai KRW 460 triliun pada 2020 dan jumlah staf mencapai 21.997. Saat ini, Hana Financial Group memiliki 1.009 kantor cabang domestik dan luar negeri dan berada di peringkat ke-81 dalam daftar bank global.

Hana Financial juga beroperasi di 24 negara dengan memiliki 216 cabang. Di kawasan Asia Pasifik, Hana Financial memiliki 184 kantor cabang, dengan Indonesia menjadi yang paling banyak, yakni 74 kantor cabang. Kemudian di posisi kedua dan ketiga disusul oleh Myanmar (67) dan China (29).

Selain itu, saat ini Hana Bank juga bekerja sama dengan perusahaan sosial media LINE Corporation membangun LINE Bank yang ditujukan khusus untuk bersaing di pasar perbankan digital dan mulai diluncurkan pada 10 Juni 2021.

3. Woori Bank Korea

Woori Bank Korea, bersama anak usahanya PT Bank Woori Indonesia,masuk ke PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA) dengan mengakuisisi 33% saham bank pada Januari 2014. Dengan masuknya Woori Bank, saham pengusaha Arifin Panigoro (pemilik Bank Himpunan Saudara) dan PT Medco Intidinamika dialihkan kepada Woori Bank Korea dan Bank Woori Indonesia.

Lalu pada Desember 2014, PT Bank Woori Indonesia resmi melakukan merger dengan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. Sejurus dengan itu, nama PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk berubah menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA).

Woori Bank Korea sendiri, yang didirikan sejak 1899, memiliki 862 kantor cabang domestik dan beroperasi di 20 negara, termasuk Indonesia.

4. Industrial Bank of Korea (IBK)

Pada 28 Januari 2019, IBK mencaplok 71,68% saham PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA). IBK membeli saham NAGA sebanyak 71,68% saham di harga Rp 409/saham sehingga menggelontorkan dana Rp 477,59 miliar.

Sebelumnya, pada 17 Januari 2019, IBK juga membeli sebanyak 5,04 miliar saham PT Bank Agris Tbk (AGRS) sehingga IBK memiliki 95,79% saham dan menjadi investor pengendali.

Kemudian, IBK melebur Bank Mitraniaga dan Bank Agris serta secara resmi mengubah namanya menjadi PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) pada 22 Agustus 2019.

Industrial Bank of Korea merupakan sebuah bank komersial yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Korea Selatan. Didirikan pada tahun 1961, bank yang berpusat di Seoul tersebut utamanya menyalurkan pembiayaan bagi pengusaha kecil dan menengah.

Lini bisnis perusahaan terdiri dari kredit ritel, korporasi, investment bank, dan berbagai segmen lainnya. IBK merupakan perusahaan terbuka yang sahamnya dapat diperdagangkan di bursa saham Korea (Korea Exchange) dengan kode 024110.

5. Shinhan Financial Group

Shinhan Financial Group juga merupakan salah satu grup finansial terbesar di Korsel. Di Indonesia, Shinhan Group masuk melalui Shinhan Bank Co. Ltd, dan mulai melakukan proses M&A pada 2007. Pada Maret 2015, bank mengakuisisi PT Bank Metro Express (BME) secara bertahap, yakni 40% saham pada Agustus dan 50% pada November.

Kemudian, pada Maret 2016 BME resmi berganti nama menjadi Bank Shinhan Indonesia.

Pada tahun yang sama, tepatnya 6 Desember 2016, bank melakukan merger dengan bank asal Surabaya PT Centratama Nasional Bank (CNB). Hal ini terjadi setelah Bank Shinhan Indonesia mengakuisisi bank tersebut lewat pembelian 75% saham bank pada Desember 2015 dan diselesaikan pada Desember 2016 dengan menguasi 100% saham CNB.

Shinhan Bank, Co. Ltd. sendiri menguasai 99% saham Shinhan Bank Indonesia. Adapun pemegang saham lain adalah PT Metropanca Gemilang sebesar 0,53% dan PT STM Tunggal Jaya sebesar 0,47%.

Shinhan Financial Group diresmikan pada tahun 2001 sebagai perusahaan induk keuangan sektor swasta pertama di Korea. Kini Group memiliki memiliki 17 anak perusahaan, yang bergerak di industri perbankan, kartu kredit, sekuritas, asuransi, dan manajemen aset.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular