
Omicron Makan Korban, Bursa Asia Berguguran

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Selasa (14/12/2021), menyusul berbalik arahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) ke zona koreksi pada Senin (13/12/2021) dan investor terus memantau perkembangan terbaru dari virus corona (Covid-19) varian Omicron.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,34%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,94%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,37%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,64%.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura sempat dibuka turun tipis 0,06%. Namun selang 30 menit setelah dibuka, indeks saham acuan Negeri Singa tersebut naik tipis 0,03% dan cenderung diperdagangkan mendatar.
Kekhawatiran investor kembali muncul setelah adanya kabar kurang menggembirakan datang dari Inggris, di mana pemerintah setempat pada Senin (13/12/2021) mencatat ada satu pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Omicron dan dilaporkan meninggal dunia.
Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson mengkonfirmasi benar adanya bahwa salah satu pasien Covid-19 terjangkit varian Omicron dan dilaporkan telah meninggal dunia.
"Sayangnya ya, Omicron menyebabkan rawat inap dan sayangnya lagi ada satu pasien telah dipastikan meninggal akibat terinfeksi Omicron," kata Johnson kepada wartawan dalam kunjungan ke klinik vaksinasi dekat Paddington, London, menurut Sky News.
Selain itu dari China, pemerintah setempat melaporkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di negaranya pada Senin kemarin, seperti yang dilaporkan oleh Reuters dan media lokal setempat.
Infeksi Omicron pertama di Negeri Panda tersebut terindikasi dari imported case yakni dari wisatawan asing yang tiba di kota Tianjin dari luar negeri pada 9 Desember lalu. Saat ini, pasien tersebut sedang dirawat dan diisolasi di rumah sakit setempat.
Di lain sisi, Universitas Oxford menerbitkan hasil penelitiannya pada Senin kemarin, yang menunjukkan bahwa dua dosis vaksin Oxford-AstraZeneca atau Pfizer-BioNTech Covid-19 secara substansial kurang efektif dalam menangkal Omicron dibandingkan dengan varian Covid19 sebelumnya.
Hasil penelitian Universitas Oxford tersebut mencatat bahwa beberapa penerima vaksin "gagal menetralisir" virus sama sekali.
Sementara itu, pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang ditutup berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Senin kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup terkoreksi 0,89% ke level 35.650,949, S&P 500 merosot 0,91% ke posisi 4.669,14, dan Nasdaq Composite ambles 1,39% menjadi 15.413,28.
Koreksi terjadi setelah saham maskapai AS terpantau berjatuhan, setelah AS mencatatkan 800.000 orang tewas akibat Covid-19 pada Minggu (12/12/2021) lalu. Saham Boeing anjlok 3,7%, American Airlines drop 4,9%, dan Delta Air Lines terbanting 3,4%.
Di lain sisi, investor juga masih mencerna dari data inflasi utama yang kembali memanas. Inflasi Negeri Paman Sam dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada periode November 2021 yang dirilis Jumat (10/12/2021) pekan lalu melonjak menjadi 6,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Melonjaknya IHK AS pada bulan lalu merupakan lonjakan terbesar sejak 1982 silam. Angka tersebut juga sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 6,7%.
Investor cenderung masih menahan selera risikonya pada hari ini, jelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dilaksanakan selama dua hari, yakni dari Selasa (14/12/2021) hari ini hingga Rabu (15/12/2021) waktu AS.
Dalam rapat FOMC kali ini, para pembuat kebijakan diperkirakan akan membahas percepatan dari program pengurangan pembelian obligasi atau tapering.
Ketua The Fed, Jerome Powell, beserta koleganya baru-baru ini menyarankan bank sentral dapat mengakhiri program pembelian obligasi bulanan senilai US$ 120 miliar lebih cepat dari jadwal saat ini, yakni Juni 2022.
Mempercepat batas waktu untuk tapering juga dapat memajukan kebijakan bank sentral untuk menaikan suku bunga acuan. Hal inilah yang juga menjadi kekhawatiran investor pada pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
