China dan Amerika Bikin Rupiah Jadi Juara 2 Asia Hari Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 December 2021 15:25
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (13/12). Sejak awal perdagangan, rupiah langsung menguat dan tidak pernah mencicipi zona merah. Meredanya kecemasan stagflasi di China, serta dinamika kebijakan moneter di Amerika Serikat membuat rupiah mampu melanjutkan kinerja positif pekan lalu. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.340/US$. Apresiasi rupiah sempat terpangkas hingga tersisa 0,1% saja sebelum kembali melesat menguat 0,31% di Rp 14.325/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.340/US$.

Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi yang terbaik kedua di Asia pada hari ini. Hingga pukul 15:10 WIB, rupiah hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 0,65%. 

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 

idr

Penguatan hari ini sekaligus melanjutkan kinerja positif rupiah yang mampu menguat 0,17% sepanjang pekan lalu. Sentimen pelaku pasar yang membaik setelah meredanya kecemasan stagflasi di China menjadi salah satu pemicu penguatan rupiah.

China merupakan mitra dagang utama Indonesia Ketika perekonomian China membaik maka akan berdampak pada sektor perdagangan, begitu juga dengan perekonomian dalam negeri. 

Beberapa indikator perekonomian China menunjukkan perbaikan. Sektor manufaktur China kembali berekspansi setelah mengalami kontraksi 2 bulan beruntun. Purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan November dilaporkan sebesar 50,1, naik dari bulan sebelumnya 49,2.

PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawahnya berarti kontraksi.

Selain itu, tekanan inflasi di China juga mulai mereda. Biro Statistik Nasional China hari ini melaporkan inflasi di sektor produsen (producer price index/PPI) di bulan November tumbuh sebesar 12,9% year-on-year (yoy). Meski masih sangat tinggi, tetapi PPI tersebut sudah melambat ketimbang bulan sebelumnya 13,5% (yoy) yang merupakan level tertinggi dalam 26 tahun terakhir.

Sementara itu di pekan ini, pasar menanti bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/12) dini hari waktu Indonesia. The Fed diperkirakan akan mengumumkan percepatan tapering, dan pasar juga melihat sinyal seberapa agresif suku bunga akan dinaikkan di tahun depan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan dari sebelumnya US$ 15 miliar, sehingga program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan menjadi nol atau selesai dalam waktu 4 sampai 5 bulan.

Selain itu, pasar juga melihat suku bunga kemungkinan dinaikkan dua hingga 3 kali di tahun depan.

Percepatan normalisasi kebijakan The Fed dilakukan guna meredam inflasi yang kini berada di level tertinggi dalam nyaris 4 dekade terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat pekan lalu melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di bulan November tumbuh 6,8%  yoy menjadi yang tertinggi sejak 1982.

Hal tersebut seharusnya membuat dolar AS menguat, sebab hampir memastikan percepatan normalisasi kebijakan The Fed. Tetapi nyatanya indeks dolar AS malah melemah 0,18% Jumat lalu.

"Melihat data inflasi, banyak yang khawatir akan lebih tinggi lagi. Melihat bagaimana dolar AS bergerak, ada kelegaan inflasi tidak setinggi yang dibayangkan," kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang senior di TD Securities sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (10/12).

Issa juga mengatakan pasar saat ini sudah price in atau menakar kenaikan suku bunga The Fed yang membuat dolar AS malah mengalami koreksi. Sebab infasi tidak setinggi perkiraan dan The Fed kemungkinan tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular