Dirut BUMN Holding Aviata Buka-bukaan Rencana Bisnisnya

Monica Wareza, CNBC Indonesia
13 December 2021 15:35
In this Monday, Aug. 12, 2019, photo, tourists inspect a Buddha statue at Borobudur Temple in Magelang, Central Java, Indonesia. The Indonesian city of Yogyakarta and its hinterland are packed with tourist attractions, including Buddhist and Hindu temples of World Heritage. Yet many tourists still bypass the congested city and head to the relaxing beaches of Bali. Recently re-elected President Joko Widodo wants to change this dynamic by pushing ahead with creating
Foto: Candi Borobudur (AP/Slamet Riyadi)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) alias InJourney tengah berbenah model bisnis seluruh anak usahanya setelah proses inbreng dimulai beberapa waktu lalu. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan bangkitnya kembali industri pariwisata di dalam negeri setelah terdampak pandemi Covid-19.

Direktur Utama InJourney, Donny Oskaria, mengatakan review ini dilakukan mulai dari lini bisnis hingga kondisi keuangan perusahaan agar di tahun depan ketika industri mulai bangkit, perusahaan sudah bersiap.

"Sesuai cost dengan forcasting, sedang dilakukan review cost structure dengan ada prediksi koreksi traffic 2022. Memang belum akan kembali jadi gimana biar tidak mengganggu bottom, review dan improvement. Review bisnis model yang signifikan langkah awal BUMN," kata Donny dalam konferensi pers, Senin (13/12/2021).

Dia menjelaskan, saat ini BUMN secara keseluruhan akan mempunyai 122 hotel yang masih belum terkonsolidasi seluruhnya. Targetnya proses konsolidasi hotel di bawah PT Hotel Indonesia Natour akan rampung pada 2022 mendatang.

Selain itu, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/ITDC saat ini tengah menunggu proses penerimaan Penyertaan Modal Negara (PMN) di 2022 mendatang.

"Tetapi secara untuk manajemen dan lain-lain sudah ada di dalam Aviata. Sehingga secara praktis semua monitoring, kemudian juga penyesuaian RKAP manajemen dan lain-lainnya sudah ada dalam holding aviasi dan pariwisata," jelas Donny.

Sementara itu, untuk bergabungnya PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih menunggu perusahaan penerbangan ini menyelesaikan proses restrukturisasi keuangannya.

"Garuda itu kan secara fundamental secara permodalan kan mereka negatifnya cukup signifikan. Sehingga itu kalau dilebur ke Aviata akan menguras seluruh permodalan daripada perusahaan yang sehat. Karena itu mereka menunggu proses restrukturisasi sehingga akan dimasukkan secara finansial ke dalam holding aviasi," paparnya.

Untuk diketahui, pembentukan holding BUMN aviasi dan pariwisata ini ini telah mulai dilakukan yang ditandai dengan dirilisnya Peraturan Presiden (Perpres) No. 104/2021.

Dalam Perpres tersebut dijelaskan mengenai penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT Aviasi Pariwisata Indonesia yang statusnya sebagai Perusahaan Perseroan (Persero) ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 48/1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Survai Udara (Penas) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) yang kemudian telah diubah dalam PP No. 72/2021.

Selanjutnya, dalam aturan tersebut dijelaskan mengenai pengalihan saham negara ke perusahaan yang dijadikan anak usaha holding ini dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN).


Pengalihan saham yang dilakukan antara lain 101.699 saham Seri B PT Hotel Indonesia Natour. Kemudian 46.849 saham Seri B PT Sarinah dan 249.999 saham Seri B PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.

Selanjutnya 6,414 juta saham Seri B PT Angkasa Pura I dan 15,971 saham Seri B PT Angkasa Pura II yang telah ditempatkan dan disetor penuh oleh negara.

Dengan demikian holding ini resmi menjadi pemegang saham dari perusahaan-perusahaan tersebut dengan kendali negara melalui saham Seri A dwiwarna.


(mon/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article InJourney Siapkan 8 Bandara Jadi Aerocity

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular