Ini Kabar Baik dari China, Bikin RI Bisa Happy

Feri Sandria, CNBC Indonesia
11 December 2021 19:15
Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Presiden dan pemimpin partai China Xi Jinping menyampaikan pidato pada upacara peringatan seratus tahun Partai Komunis yang berkuasa di Beijing, China, Kamis, 1 Juli 2021. (Li Xueren/Xinhua via AP)

Selain memperkuat kebijakan ekonomi baru, saat ini pemerintah China juga mampu menekan inflasi yang mulai mereda. Biro Statistik Nasional China kemarin melaporkan inflasi di sektor produsen (producer price index/PPI) di bulan November tumbuh sebesar 12,9% year-on-year (yoy). Meski masih sangat tinggi, tetapi PPI tersebut sudah melambat ketimbang bulan sebelumnya 13,5% (yoy) yang merupakan level tertinggi dalam 26 tahun terakhir.

Sementara jika dilihat secara bulanan, PPI di November stagnan dibandingkan bulan Oktober. Selama 11 bulan di tahun ini, inflasi produsen tumbuh 7,9% dibandingkan periode Januari-November 2020.

Kemerosotan ekonomi China bisa memberikan masalah bagi Indonesia, mengingat Negeri Panda merupakan partner dagang paling penting bagi Indonesia, baik itu dari ekspor maupun impor.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non-migas Indonesia ke China pada periode Januari-Oktober mencapai US$ 40,6 miliar, mengalami kenaikan hingga 74% dari periode yang sama tahun 2020.

Nilai tersebut berkontribusi sebesar 23% dari total ekspor Indonesia. Kontribusi tersebut lebih dari dua kali lipat dibandingkan Amerika Serikat, yakni 11%, yang berada di urutan kedua negara tujuan ekspor RI.

Artinya, China merupakan pangsa ekspor terbesar Indonesia, ketika perekonomian stagnan ada risiko demand akan menurun, yang berdampak pada industri di dalam negeri.

Kemudian impor dari China lebih krusial lagi. Sejak tahun 1990, nilai impor dari China nyaris selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penurunan tajam baru terjadi pada tahun lalu.

Berdasarkan data BPS, impor dari China berkontribusi sebesar 32% dari total impor non-migas Indonesia periode Januari-Oktober 2021, dengan nilai US$ 43,7 miliar. Total impor dalam 10 bulan tersebut sudah lebih tinggi dari total impor sepanjang 2020 sebesar US$ 39,4 miliar.

Ketika inflasi di China terus merangkak, maka harga produknya tentu akan lebih mahal yang bisa merugikan bagi industri di dalam negeri. Kenaikan harga tersebut juga bisa membuat defisit neraca dagang dengan China semakin lebar, bahkan juga berisiko memicu kenaikan inflasi di dalam negeri.

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular