Dolar Australia Melesat 2% Setelah Nyaris ke Bawah Rp 10.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 10/12/2021 16:00 WIB
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melesat melawan rupiah setelah merosot dalam 5 pekan beruntun. Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang sebelumnya memicu jebloknya mata uang Negeri Kanguru, berbalik membuatnya perkasa di pekan ini.

Pada pukul 14:21 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.276,69, dolar Australia menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refintiv. Jika dilihat sepanjang pekan ini, dolar Australia melesat sekitar 2%. Sedangkan jika dilihat sebelumnya dalam 5 pekan beruntun sudah jeblok hingga 6% dan nyaris menembus ke bawah Rp 10.000/AU$.

Jebloknya dolar Australia selama 5 pekan beruntun terjadi akibat RBA yang mengesampingkan kenaikan suku bunga di tahun depan pada awal November lalu.


"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).

Selain itu, dalam beberapa kesempatan Lowe selalu menyatakan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2024.

Tetapi, dalam pengumuman rapat kebijakan moneter pekan ini, Lowe tidak menyatakan hal tersebut. RBA masih mempertahankan suku bunga 0,1% yang merupakan rekor terendah dalam sejarah, dan baru akan dinaikkan jika inflasi aktual bertahan di dalam rentang 2% hingga 3%.

"Anggota dewan tidak akan menaikkan suku bunga hingga inflasi aktual berada dalam target 2% hingga 3%," kata Lowe sebagaimana dilansir abc.net.au, Selasa (7/12).

Lowe yang tidak lagi menyebutkan "suku bunga tidak akan dinaikkan sebelum 2024" tetapi mengatakan "anggota dewan tidak akan menaikkan suku bunga hingga inflasi aktual berada dalam target 2% hingga 3%", dijadikan sinyal jika suku bunga bisa naik lebih cepat yang membuat dolar Australia melesat.

Untuk saat ini, pasar melihat suku bunga akan dinaikkan di 2023. Survei tersebut dilakukan Reuters pada 29 November hingga 2 Desember, dengan 35 ekonom.

Tidak hanya sekali, RBA juga diprediksi akan agresif menaikkan suku bunga. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi di kuartal II-2023, sebesar 25 basis poin (0,25%) sehingga menjadi 0,5%, dan selanjutnya di penghujung 2023 dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor