
Pasar Tak Bergairah, IHSG Bisa Lanjut Longsor Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,48% ke level 6.612,16 di sesi I perdagangan Jumat (10/12/2021).
IHSG konsisten berada di zona merah selama perdagangan intraday. Indeks bergerak di rentang terendahnya di 6.605,42 dan level tertingginya di 6.631,45.
Saat IHSG melemah, terpantau ada 242 saham yang menguat, 243 saham melemah dan 177 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 6,81 triliun dengan asing net sell besar di pasar reguler senilai Rp 472,28 miliar.
Sentimen kurang mengenakkan datang dari bursa saham AS. Indeks S&P 500 melemah 0,72% dan Indeks Nasdaq Composite anjlok 1,71%.
Saham-saham Wall Street justru anjlok ketika rilis data ketenagakerjaan AS menunjukkan perbaikan. Klaim tunjangan pengangguran AS tercatat mencapai 184 ribu dan menjadi level terendah dalam 50 tahun terakhir.
Namun investor cenderung wait and see jelang rilis data inflasi. Tren kenaikan inflasi di AS yang signifikan membuat pelaku pasar bertaruh the Fed akan mempercepat proses tapering dan menaikkan suku bunga acuan.
Ekonomi dalam survey Dow Jones memperkirakan indeks harga konsumen tersebut akan melesat 6,7% secara tahunan, menjadi penguatan yang terbesar sejak Juni 1982. Inflasi bulanan diprediksi sebesar 0,7%.
Berdasarkan poling Reuters, pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan AS (Federal Fud Rates/FFR) bakal terjadi pada kuartal III tahun depan atau lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya di kuartal IV.
Dari dalam negeri sentiment yang mewarnai perdagangan hari ini adalah seputar Presidensi Indonesia G20. Di tengah risiko pengetatan kebijakan moneter, baik Gubernur BI maupun Menkeu sepakat bahwa Indonesia siap melakukan sinkronisasi kebijakan namun tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Setelah mengalami koreksi hampir 0,5% di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II nanti? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.644 untuk membentuk tren naik.
Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level 6.586 untuk mengalami tren koreksi lanjutan.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 52,29 yang mengindikasikan berada di area netral. Namun indikator RSI cenderung menurun.
Dari sisi indikator lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD) batang histogram MACD mulai menyempit dan garis MACD mulai berpotongan.
Secara umum peluang IHSG untuk melanjutkan koreksi di sesi II masih terbuka lebar. Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi