Pemulihan Ekonomi, 2022 Jadi Masa Penuh Peluang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengungkapkan akan tetap menjaga fleksibilitas APBN dan melanjutkan program PEN 2022, untuk mengantisipasi perluasan dampak pandemi di tahun depan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah tetap fokus pada strategi percepatan percepatan pemulihan ekonomi.
Hal ini diuangkapkan dalam Seminar Virtual Market Outlook 2022 bertajuk "Indonesia Towards 2022 Economic Recovery: Stability or Growth?" oleh BNI Asset Management. Diskusi tahunan ini dilakukan untuk memberikan proyeksi kondisi market sekaligus outlook perekonomian global dari perspektif ekonomi makro.
Sementara dari sisi fiskal Dirjen PPR Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan pentingnya insentif fiskal bagi percepatan pemulihan perekonomian Indonesia.
Pemerintah akan menjaga konsistensi kebijakan fiskal di masa pandemi, yang mana krisis ini akan menjadi momentum untuk melanjutkan reformasi struktural dengan 5 strategi prioritas, reformasi fiskal, dan reformasi sektor keuangan. Perekonomian nasional diharapkan lebih maju dan sejahtera sesuai dengan visi Indonesia 2045.
"Untuk strategi pertumbuhan ekonomi 2022 - 2025 yaitu living with pandemic, reformasi program perlindungan sosial, pembangunan infrastruktur, pemanfaatan dinamika geopolitk, dan penguatan reformasi struktural," kata Luky dalam siaran resmi, Jumat (10/12/2021).
Dari kacamata Ekonomi Global, Executive Director JP Morgan Singapore Mr. Sin Beng Ong mengungkapkan respon positif diberikan oleh analis asing kepada kolaborasi dari Pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK terkait kebijakan ekonomi yang disinkronisasikan. Dengan begitu kebijakan tersebut dapat meminimalisir dampak ekonomi atas pandemi yang terjadi.
"Penanganan dampak di Indonesia dianggap lebih baik dibandingkan di negara berkembang lain seperti Brasil," kata dia.
Kemudian Chief Economist BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengungkapkan bahwa ekonomi dunia masih dalam fase ekspansi, tumbuh pesat di 2021 dan akan melambat di 2022. Meski demikian angka pertumbuhan tetap relatif tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan historisnya.
Dia mengungkapkan beberapa ancaman seperti inflasi global karena krisis energi dan gangguan supply chain, serta kebijakan moneter yang longgar dan fiskal yang ekspansif.
"Indonesia juga bisa terhindar dari kenaikan inflasi seperti AS dan Eropa karena pertumbuhan supply dan demand masih cenderung seimbang vs imbalance di AS dan Eropa, stimulus kita relative kecil, serta pasokan energi masih mencukupi," jelas Damhuri.
Sementara itu dari BNI Group menilai bahwa pada 2022 merupakan tahun penuh peluang bagi dunia ekonomi. Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini memaparkan bahwa BNI Group sendiri terus dituntut tumbuh di tengah pandemi. Pendirian BNI Sekuritas Singapura dan peluncuran Program Xpora untuk mendukung UMKM go global, adalah sebagai bentuk nyata BNI Group siap menjawab tantangan bisnis di 2022.
Kemudian untuk sektor investasi, Presiden Direktur BNI Asset Management, Putut Endro Andanawarih mengatakan pada 2022 kenaikan suku bunga tidak bisa dihindari, justru akan terjadi lebih cepat. Untuk itu, investor dapat melakukan diversifikasi portfolionya kepada Instrument saham, pasar uang, dan pada obligasi jangka-menengah pendek.
"BNI Asset Management juga tetap menerapkan strategi untuk bertahan dalam kondisi sekarang dengan senantiasa tetap bertindak pruden, menjaga etik, dan terus melakukan sinergi dengan BNI Group dalam mengelola dana nasabah," kata dia.
(rah/rah)