Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya harga energi membuat China sempat berada di jurang Stagflasi. Namun, saat ini ancaman itu sedikit mereda setelah indikator ekonomi negeri tiara bambu tersebut mulai menunjukkan perbaikan.
Terhindarnya China dari stagflasi pun diyakini oleh Bank Indonesia (BI).
"Kami sendiri tetap meyakini bahwa tidak akan terjadi stagflasi di China," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Hariyadi Ramelan kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/12/2021).
Hariyadi menjelaskan, perbaikan ekonomi China tercermin dari indikator PMI manufaktur yang masuk zona ekspansi dan tekanan inflasi yang mulai mereda.
PMI Manufaktur Chiba pada November berada di posisi 50,1 naik dari Oktober di 49,2 poin.
Angka 50 jadi ambang batas, di atasnya berarti ekspansi, sementara di bawahnya berarti kontraksi.
Sebelumnya, PMI manufaktur China mengalami kontraksi dalam 2 bulan beruntun. Hal ini karena biaya produksi yang tinggi akibat tingginya harga energi seperti batu bara. Dampaknya marjin keuntungan jadi tergerus.
Krisis listrik juga menghantui aktivitas manufaktur kala itu yang membuat operasional pabrik jadi terbatas.
Pukulan tersebut membuat aktivitas manufaktur negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut pun loyo. Sehingga memicu kecemasan akan risiko kemerosotan perekonomian China.
Selain itu, tekanan inflasi di China juga mulai mereda. Biro Statistik Nasional China hari ini melaporkan inflasi di sektor produsen (producer price index/PPI) di bulan November tumbuh sebesar 12,9% year-on-year (yoy). Meski masih sangat tinggi, tetapi PPI tersebut sudah melambat ketimbang bulan sebelumnya 13,5% (yoy) yang merupakan level tertinggi dalam 26 tahun terakhir.
Sementara jika dilihat secara bulanan, PPI di November stagnan dibandingkan bulan Oktober. Selama 11 bulan di tahun ini, inflasi produsen tumbuh 7,9% dibandingkan periode Januari-November 2020.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ekonomi China Membaik, Indonesia Cuan dari Jualan Komoditas
Membaiknya kondisi ekonomi China memberi keuntungan bagi Indonesia. Pasalnya, China adalah mitra dagang utama Indonesia. Ketika perekonomian China memburuk ada risiko demand akan menurun.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non-migas Indonesia ke China pada periode Januari-Oktober mencapai US$ 40,6 miliar, mengalami kenaikan hingga 74% dari periode yang sama tahun 2020.
Nilai tersebut berkontribusi sebesar 23% dari total ekspor Indonesia. Kontribusi tersebut lebih dari dua kali lipat dibandingkan Amerika Serikat, yakni 11%, yang berada di urutan kedua negara tujuan ekspor RI.
Indonesia akan mendapat berkah dari ekspor batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik di China.
Pemerintah China saat ini sedang berupaya memenuhi kebutuhan energi batu bara untuk pembangkit listrik. Selain dari produksi dalam negeri, impor juga jadi langkah strategis.
Impor batu bara China naik pada bulan November sebesar 35,05 juta ton, tertinggi sepanjang tahun ini. Ini jadi sinyal konsumsi batu bara China yang tinggi.
Posisi Indonesia diuntungkan dari hubungan China dan Australia yang panas dan berbuntut pada boikot batu bara sejak Oktober 2020.
Berdasarkan data BPS, volume ekspor batu bara pada bulan September sebesar 9,19 juta ton, naik 353,28% yoy.
Volume ekspor batu bara sejak China memboikot batu bara Australia berada dalam tren naik.
Sepanjang Januari-September 2021, volume ekspor batu bara Indonesia ke China tercatat 78,21 juta, naik 71,5% year to date (ytd).
 Foto: BPS Volume Ekspor |
Kenaikan volume ekspor diikuti juga nilai ekspor batu bara ke China. Pada bulan September, nilai ekspor batu hitam Indonesia ke China tercatat US$ 842,93 juta, naik 951,02% yoy.
Harga batu bara global yang meroket sepanjang 2021 menjadi faktor kenaikan nilai ekspor batu bara Indonesia ke China.
Sepanjang Januari-September 2021, nilai ekspor batu bara Indonesia ke China tercatat US$ 5,55 miliar, naik 182,71% ytd.
 Foto: BPS Nilai ekspor |
Meredanya kecemasan akan stagflasi membuat outlook permintaan batu bara masih tinggi, sehingga bisa menghasilkan cuan bagi Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA