Omicron Bakal Bisa "Dijinakkan", Rupiah Siap Cetak Hat-trick!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin. Penguatan tersebut menegaskan rupiah mulai lepas dari kinerja buruk tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan beruntun.
Kemarin rupiah mencatat penguatan 0,14% ke Rp 14.355/US$, dan berpeluang berlanjut lagi pada hari ini, Kamis (8/12). Jika terealisasi, maka rupiah akan mencatat hat-trick alias penguatan tiga hari beruntun melawan dolar AS.
Membaiknya sentimen pelaku pasar merespon kabar virus corona Omicron hanya menimbulkan gejala ringan dan tidak ada lonjakan tingkat keterisian rumah sakit menjadi pemicu penguatan rupiah. Kabar baik lainnya perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech mengatakan berdasarkan data awal penelitian di lab, tiga dosis vaksin buatan mereka mampu meredam Omicron secara efektif.
Selain itu dari dalam negeri Bank Indonesia (BI) mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2021 sebesar 118,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 113,4.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau di atas 100, maka artinya konsumen percaya diri menghadapi situasi ekonomi.
Rilis dari BI tersbeut menunjukkan konsumen Indonesia kian percaya diri melihat kondisi ekonomi saat ini hingga enam bulan ke depan. Optimisme itu tergambar dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Ketika konsumen optimistis, maka cenderung melakukan konsumsi yang akan menopang pertumbuhan ekonomi.
Secara teknikal, rupiah sedikit lagi bisa membalikkan tekanan sebab sudah berada di kisaran rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 200/ MA 200). Rupiah juga berada di atas MA 100, dan MA 50.
Tekanan bagi rupiah datang setelah membentuk pola Inverse Head and Shoulders yang menjadi sinyal kenaikan suatu aset. Dalam hal ini USD/IDR bergerak naik yang artinya rupiah mengalami pelemahan.
Puncak bawah Inverse Head and Shoulders berada di Rp 14.020/US$ sementara Neckline berada di kisaran Rp 14.330/US$. Artinya ada jarak sebesar 290 poin.
Ketika Neckline ditembus (break out), maka rupiah berisiko melemah sebesar jarak tersebut. Artinya, selama rupiah tertahan di atas Rp 14.330/US$, ada risiko melemah 290 poin ke Rp 14.620/US$.
Rupiah bisa lepas dari pola ini dan berbalik menguat di Desember jika mampu kembali ke bawah Rp 14.320/US$, dan bertahan di bawahnya.
Sebelum mencapai level tersebut, rupiah harus melewati MA 200 terlebih dahulu yang berada di kisaran Rp 14.345/US$.
Peluang penguatan rupiah terbuka cukup lebar melihat indikator Stochastic yang sudah berada di wilayah jenuh beli (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mencapai overbought, maka kemungkinan akan berbalik turun.
Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.370/US$ jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)