Gas Terus! Rupiah Menguat Lagi & Jadi Terbaik Ketiga di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 December 2021 15:21
Ilustrasi Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses membukukan penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (8/12). Penguatan tersebut menegaskan rupiah mulai lepas dari kinerja buruk tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan beruntun.

Rupiah langsung menguat 0,24% ke Rp 14.340/US$ begitu perdagangan pasar spot dibuka, melansir data Refinitiv. Apresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,31% ke Rp 14.330/US$ yang menjadi level terkuat hari ini. Setelahnya rupiah mengendur dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.355/US$, menguat 0,14% di pasar spot. 

Kemarin rupiah mampu mencatat penguatan 0,42% dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia. Sementara pada hari ini, rupiah berada di urutan ketiga. Hingga pukul 15:05 WIB, baht Thailand menjadi yang terbaik dengan penguatan sebesar 0,42% disusul yuan China sebesar 0,17%. Rupiah berada di urutan ketiga, penguatannya sama besar dengan yen Jepang.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

idr


Membaiknya sentimen pelaku pasar menjadi penopang penguatan rupiah dalam 2 hari terakhir. Rupiah sebagai mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi sangat sensitif dengan sentimen pelaku pasar global.

Ketika sentimen membaik, rupiah cenderung menguat, begitu juga sebaliknya.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terjadi sebab virus corona Omicron hanya akan menimbulkan gejala ringan, tidak separah varian lainnya. Alhasil, bursa saham global melesat sejak kemarin, yang menjadi indikasi sentimen pelaku pasar membaik.

"Meski masih banyak ketidakpastian akan dampak yang ditimbulkan Omicron ke kesehatan dan perekonomian, tetapi investor menyambut baik kabar dari Afrika Selatan di mana lonjakan kasus infeksi Omicron tidak diikuti dengan kenaikan tingkat keterisian rumah sakit yang sigfinikan," kata Rodrigo Catril, ahli stretegi di National Australia Bank (NAB), sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (7/12).

CNBC International juga mewartakan hasil observasi di Afrika Selatan menunjukkan infeksi Omicron menunjukkan gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan varian lainnya. Hal yang sama juga diutarakan pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat (AS) dr. Anthony Fauci menyebut indikasi awal kasus infeksi akibat varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron tidak lebih berbahaya dari varian lain.

"Meskipun terlalu dini untuk benar-benar membuat pernyataan pasti tentang hal itu, sejauh ini sepertinya tidak ada tingkat keparahan yang besar," kata Fauci, dikutip dari Al Jazeera.

"Sejauh ini, sinyalnya sedikit menggembirakan. Tapi kami benar-benar harus berhati-hati sebelum kami membuat keputusan apapun bahwa itu tidak terlalu parah, atau itu benar-benar tidak menyebabkan penyakit parah, seperti Delta" tambahnya.

Di sisi lain, dolar AS juga diperkirakan tidak akan menguat lebih jauh lagi. Sebab pelaku pasar kini juga mengantisipasi percepatan tapering bank sentral AS (The Fed) dan kemungkinan kenaikan suku bunga 2 kali di tahun depan.

"Meski pernyataan Powell terbilang hawkish dan memicu spekulasi kenaikan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun depan, tetapi pasar sudah mengantisipasi hal tersebut," kata Jane Foley, kepala strategi mata uang di Rabobank London sebagaimana dilansir Reuters Sabtu (4/12).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Data Dari Dalam Negeri Mendukung Penguatan Rupiah

Selain itu dari dalam negeri, data ekonomi yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) sejak kemarin juga mendongkrak kinerja rupiah.

Pagi tadi, BI mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2021 sebesar 118,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 113,4.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau di atas 100, maka artinya konsumen percaya diri menghadapi situasi ekonomi.

Rilis dari BI tersebut menunjukkan konsumen Indonesia kian percaya diri melihat kondisi ekonomi saat ini hingga enam bulan ke depan. Optimisme itu tergambar dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

"IKK meningkat pada seluruh kategori pengeluaran dan kelompok usia responden. Secara spasial, IKK meningkat di sebagian besar kota yang disurvei, tertinggi di Pontianak, diikuti oleh Palembang dan Mataram," sebut keterangan resmi BI.

Sementara Selasa kemarin BI melaporkan peningkatan cadangan devisa pada akhir November sebesar US$ 145,9 miliar, naik US$ 400 juta dari bulan sebelumnya US$ 145,5 miliar. Cadangan devisa tersebut tidak jauh dibandingkan rekor tertinggi sepanjang masa tercatat sebesar US$ 146,9 yang tercatat pada September lalu.

cadev

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.

Dengan cadangan devisa yang tinggi dan kembali mengalami peningkatan, BI memiliki lebih banyak amunisi menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak di pasar finansial yang bisa membuat rupiah tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular