Lagi "Diobral", Kurs Poundsterling Jeblok ke Bawah Rp 19.000!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 December 2021 12:05
Ilustrasi Poundsterling Inggris (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Poundsterling Inggris (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling terus mengalami pelemahan melawan rupiah hingga menembus ke bawah Rp 19.000/GBP pada perdagangan Rabu (8/12) pagi. Poundsterling mulai "diobral" setelah bank sentral Inggris (Bank of England) tidak menaikkan suku bunga pada bulan lalu.

Melansir data Refintiv, pagi ini poundsterling turun 0,31% ke Rp 18.975,79/GBP, dan berada di dekat level termurah tahun ini. Kemarin mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini merosot 0,6%.

Pada Kamis 4 November BoE secara mengejutkan mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 0,1%, padahal pasar memperkirakan akan dinaikkan menjadi 0,25%.
Sejak saat itu, hingga pagi ini poundsterling sudah jeblok lebih dari 3%.

Tingginya inflasi di Inggris membuat BoE sebelumnya diprediksi akan menaikkan suku bunga.

Dua pekan sebelum pengumuman kebijakan moneter awal November lalu, Gubernur BoE, Andrew Bailey, juga memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga.

"Kebijakan moneter tidak bisa menyelesaikan masalah dari sisi supply (yang memicu inflasi), tetapi tetapi bank sentral harus bertindak jika kita melihat risiko, khususnya inflasi dalam jangka menengah begitu juga dengan ekspektasinya" kata Bailey, saat diskusi panel online, Minggu (17/10).

"Dan itulah mengapa Bank of England memberikan sinyal kenaikan suku bunga, dan ini sinyal yang lainnya. Tetapi tentunya kami akan bertindak saat rapat kebijakan moneter," tambahnya.

Namun kenyataannya, dalam rapat kebijakan moneter pekan lalu, hanya 2 dari 9 orang anggota pembuat kebijakan moneter (MPC) yang memilih menaikkan suku bunga, sisanya memilih dipertahankan.

Akibat keputusan tersebut Bailey bahkan diberi label "Unreliable Boyfriend" oleh pasar. Sebab sebelumnya memberikan sinyal kuat akan menaikkan suku bunga, tetapi nyatanya tidak.

"Unreliable Boyfriend" sebelumnya juga pernah disematkan ke pendahulu Bailey, yakni Mark Carney.

"Komunikasi yang menyedihkan dari BoE. Bailey pada dasarnya membuat kita bereskpektasi suku bunga akan naik, tetapi pada akhirnya memilih mempertahankan suku bunga," kata Peter Kinsella, kepala analis mata uang di bank UBP Swiss, sebagaimana diwartakan Reuters, Kamis (4/11).

Sementara itu Bailey membela keputusannya mempertahankan suku bunga dengan mengatakan para anggota dewan BoE tidak pernah mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dalam rapat kebijakan moneter tertentu, dan masih perlu menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika kinerja ekonomi sesuai ekspektasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Lesu, Ditutup Melemah Jadi Rp 15.200/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular