Paman Sam 'Gerah' Inflasi Makin Tinggi, Harga Perak Flat
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak bergerak datar jelang rilis data inflasi AS yang diperkirakan makin tinggi dan berpengaruh terhadap percepatan pengurangan pembelian obligasi AS.
Pada Rabu (8/12/2021) pukul 08:36 WIB harga erak di pasar spot tercatat US$ 22,46/ons, turun tipis 0,04% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Data inflasi AS akan dirilis pada tanggal 10 Desember nanti. Mengacu konsensus yang dihimpun Reuters, inflasi AS pada bulan November diperkirakan tumbuh 6,8% year-on-year (yoy). Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 6,2 yoy, artinya ekonomi AS makin panas.
Inflasi yang tinggi bisa jadi dasar The Fed untuk mempercepat pengurangan pembelian obligasi atau tapering yang juga akan membuat kenaikan suku bunga lebih awal dari perkiraan.
Hal ini didukung oleh pernyataan Chairman The Fed, Jerome Powell, yang mengatakan bahwa penggunaan frasa transitory sudah tidak relevan dalam menggambarkan keadaan inflasi saat ini.
Presiden Fed St. Louis, James Bullard, mengatakan bahwa penguatan data ekonomi membuat para pembuat kebijakan nyaman dengan ide untuk mempercepat pengurangan pembelian obligasi dan semakin yakin untuk meningkatkan suku bunga.
"Bahayanya sekarang adalah bahwa kita mendapatkan terlalu banyak inflasi ... saatnya bagi (Fed) untuk bereaksi pada pertemuan mendatang" kata Bullard.
Bullard menambahkan bahwa The Fed menyelesaikan tapering pada bulan Maret dan bank sentral harus menaikkan suku bunga setidaknya dua kali tahun depan.
"Angka inflasi cukup tinggi sehingga saya pikir (mengakhiri penurunan pada bulan Maret) akan benar-benar membantu kita menciptakan pilihan untuk berbuat lebih banyak jika kita harus melakukannya, jika inflasi tidak mereda seperti yang diharapkan dalam beberapa bulan ke depan, " katanya kepada wartawan, mengutip Reuters, Jumat (3/12/2021).
Suku bunga merupakan salah satu "musuh" utama perak, ketika suku bunga di AS naik maka daya tarik perak sebagai aset tanpa imbal hasil akan menurun. Selain itu, opportunity cost berinvestasi perak juga akan mengalami peningkatan.
Namun, penurunan harga perak masih ditopang oleh Omicron yang terus menyebar dan sudah menyebar ke 50 negara menurut laporan Pusat Pengendalian Penyakit Menular Amerika Serikat (AS) alias CDC.
Walaupun data awal Omicron menunjukkan tanda varian ini tidak lebih parah, tetapi masih terlalu dini untuk memberi kesimpulan. Hal ini yang menyebabkan ketidakpastian di pasar dan membuat aset safe haven cukup diburu oleh investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)