Ada Inflow ke Pasar ETF Emas Sebesar 13 Ton, Pertanda Apa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 08/12/2021 08:05 WIB
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) di perkirakan akan mempercepat laju tapering. Hal tersebut kemungkinan akan dilakukan pada pekan depan, yang membuat emas kesulitan menguat belakangan ini.

Namun, jika dilihat sepanjang bulan November, harga emas sebenarnya sempat melesat lebih dari 5%, tetapi malah berbalik melemah 0,5%.

Di saat yang sama, sepanjang bulan November terjadi inflow di pasar Exchange Trade Fund (ETF) berbasis emas sebesar 13,6 ton. Inflow tersebut dilaporkan oleh World Gold Council (WGC) dan menjadi yang pertama sejak bulan Juli.


Inflow di pasar ETF tersebut menunjukkan emas masih menjadi salah satu lindung nilai terhadap inflasi, meski belum tercermin dari reli harga emas. Seperti diketahui, banyak negara mengalami inflasi tinggi saat ini. Tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) berada di level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.

"Emas masih 4% lebih rendah dari tahun lalu sebab gagal mempertahankan reli harga akibat hambatan dari kebijakan moneter dan dolar AS yang konsisten menguat sejak bulan Juni," kata analis WGC dalam laporan yang dikutip Kitco, Selasa (7/12).

Perubahan kebijakan moneter The Fed yang paling memukul harga emas.

The Fed resmi mengumumkan mulai melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.

Namun dalam beberapa pekan terakhir banyak pejabat elit The Fed yang mendorong tapering dilakukan lebih cepat guna meredam tingginya inflasi. Dan, ketua The Fed Jerome Powell pada pekan lalu mengatakan bisa mempercepat laju tapering.

"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).

Ketika tapering dipercepat, suku bunga juga kemungkinan akan naik lebih awal. Hal tersebut memberikan pukulan telak bagi emas.

Di tahun 2022, WGC melihat banyak faktor yang akan mempengaruhi harga emas, tetapi semakin besar ketidakpastian akan menjadi support bagi harga emas.

"Kami percaya banyak faktor yang mempengaruhi harga emas di tahun ini masih akan menjadi faktor penting di 2022. Laju dan arah inflasi serta suku bunga, Covid-19, dan resilien pertumbuhan ekonomi global. Ketidakpastian masih akan memberikan support ke emas sebagai investasi lindung nilai," kata analis WGC.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Gonjang-ganjing Trump Bikin Bisnis Tambang Emas Melejit