Omicron Tak Berbahaya, Rupiah Libas Dolar Singapura

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 December 2021 15:15
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (7/12) setelah menguat cukup tajam awal pekan kemarin. Membaiknya sentimen pelaku pasar karena virus corona Omicron diperkirakan hanya menimbulkan gejala ringan membuat rupiah perkasa.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura sebelumnya sempat melemah 0,31% sebelum terpangkas dan berada di Rp 10.532,38/SG$ atau melemah 0,1% pada pukul 14:43 WIB.
Pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat (AS) dr. Anthony Fauci menyebut indikasi awal kasus infeksi akibat varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron tidak lebih berbahaya dari varian lain.

"Meskipun terlalu dini untuk benar-benar membuat pernyataan pasti tentang hal itu, sejauh ini sepertinya tidak ada tingkat keparahan yang besar," kata Fauci, dikutip dari Al Jazeera.

"Sejauh ini, sinyalnya sedikit menggembirakan. Tapi kami benar-benar harus berhati-hati sebelum kami membuat keputusan apapun bahwa itu tidak terlalu parah, atau itu benar-benar tidak menyebabkan penyakit parah, seperti Delta" tambahnya.

Dengan sentimen pelaku pasar yang membaik, rupiah yang merupakan aset berisiko akan diuntungkan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hariyadi Ramelan.

"Banyak faktornya (yang membuat rupiah menguat), tapi yang penting adakah fakta bahwa tingkat risiko virus omicron ternyata lebih rendah dari varian delta jadi pasar juga relieved sehingga pasar Amerika dan Asia rebounce," ungkap Hariyadi kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/12/2021).

Selain itu BI hari ini melaporkan peningkatan cadangan devisa pada akhir November sebesar US$ 145,9 miliar, naik US$ 400 juta dari bulan sebelumnya US$ 145,5 miliar. Sementara rekor tertinggi sepanjang masa tercatat sebesar US$ 146,9 yang tercatat pada September lalu.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.

Dengan cadangan devisa yang tinggi dan kembali mengalami peningkatan, BI memiliki lebih banyak amunisi menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak di pasar finansial yang bisa membuat rupiah tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular