Erick Sebut KRAS Mau Bangkrut Desember, Ini Fakta-faktanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir yang menyebut produsen baja pelat merah, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) bakal bangkrut tahun ini menjadi perhatian publik.
Hal ini disampaikan Menteri Erick di hadapan Komisi VI DPR RI. Menurutnya, emiten bersandi KRAS itu bisa terancam gulung tikar jika tidak melakukan sejumlah langkah restrukturisasi.
Ketiganya adalah restrukturisasi dari mangkraknya proyek pabrik blast furnace yang menelan investasi senilai US$ 850 juta. Kedua, negosiasi kerja sama dengan perusahaan baja, Posco. Terakhir, kemungkinan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) untuk berinvestasi di Krakatau Steel.
"Ini krusial kalau ketiga gagal, kedua gagal, pertama gagal, maka Desember ini (Krakatau Steel) bisa default," ujar Erick di Kompleks Parlemen, Senayan.
Lantas, apa benar perusahaan baja yang dikomandoi Silmy Karim ini bisa bangkrut di Desember tahun ini?
Jika melihat dari sisi fundamental kinerja keuangan, KRAS mencatatkan perbaikan. Perseroan mencatatkan laba bersih senilai US$ 59,72 juta atau setara dengan Rp 848,08 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$) hingga kuartal III-2021.
Nilai ini berbanding terbalik dengan kerugian bersih yang masih ditanggung perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya, rugi US$ 27,40 juta atau sekitar Rp 389 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, berhasilnya perusahaan mencatatkan laba bersih ini juga membuat nilai laba bersih per saham menjadi US$ 0,0031 dari sebelumnya rugi per saham yang sebesar US$ 0,0014.
Kenaikan laba bersih ini ditunjang oleh peningkatan pendapatan perusahaan menjadi US$ 1,61 miliar (Rp 22,86 triliun) di akhir September 2021, tumbuh 71,51% secara tahunan (year on year/YoY) dari pendapatan di akhir kuartal ketiga tahun lalu US$ 938,79 atau setara Rp 13,33 triliun.
Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan meningkat menjadi US$ 1,41 miliar dari sebelumnya US$ 826,43 juta. Beban penjualan itu bertambah menjadi US$ 30,39 juta dari sebelumnya US$ 26,56 juta, dibarengi dengan naiknya beban umum dan administrasi menjadi US$ 76,87 juta dari US$ 62,01 juta.
Nilai penjualan limbah operasi berkurang nilainya menjadi US$ 3,08 juta dari US$ 4,69 juta. Lalu pendapatan operasional lainnya berkurang menjadi US$ 17,34 juta dari US$ 49,54 juta.
Beban operasi lainnya bertambah menjadi US$ 18,48 juta dari US$ 5,34 juta. Biaya keuangan perusahaan juga mencatatkan kenaikan menjadiUS$ 106,53 juta dari US$ 97,50 juta.
Rugi dari entitas asosiasi lain dan ventura bersama membaik menjadi US$ 84,95 juta dari sebelumnya mencatatkan rugi US$ 41,37 juta.
Pada periode tersebut, tercatat nilai aset KRAS menjadi sebesar US$ 3,74 miliar, naik dari posisi akhir Desember 2020 yang senilai US$ 3,48 miliar. Aset lancar tercatat mencapai US$ 1,05 miliar dan aset tak lancar sebesar US$ 2,69 miliar.
Di pos liabilitas, terjadi kenaikan hingga kuartal III-2021 menjadi US$ 3,32 miliar dari sebelumnya US$ 3,04 miliar. Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar US$ 1,56 miliar dan liabilitas jangka panjang ditutup di angka US$ 1,76 miliar.
Ekuitas perusahaan yang dipimpin oleh Silmy Karim ini di akhir September 2021 lalu mencapai US$ 420,93 juta, turun dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar US$ 448,72 juta.
(sys/hps)