Pajak & Utang Bikin Cadev RI Naik, Rupiah Siap Hadapi "Badai"

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 07/12/2021 11:24 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia kembali mengalami kenaikan di bulan Oktober setelah menurun di bulan sebelumnya akibat pembayaran utang pemerintah.

Meski mengalami kenaikan, cadangan devisa tersebut masih agak jauh dari rekor tertinggi yang dicetak pada September lalu.

Bank Indonesia (BI) pada Selasa (7/2) melaporkan cadangan devisa pada akhir November sebesar US$ 145,9 miliar, naik US$ 400 juta dari bulan sebelumnya US$ 145,5 miliar. Sementara rekor tertinggi sepanjang masa tercatat sebesar US$ 146,9 miliar.


"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.

Dengan cadangan devisa yang tinggi dan kembali mengalami peningkatan, BI memiliki lebih banyak amunisi menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak di pasar finansial yang bisa membuat rupiah tertekan. Sebabnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana mempercepat laju tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

The Fed sendiri akan mengumumkan kebijakan moneternya pada pekan depan, dan rupiah hingga Senin kemarin sudah 12 hari tidak pernah menguat. Rinciannya, 10 kali melemah dan 2 kali stagnan.

Kemungkinan The Fed akan mempercepat tapering memicu terjadinya capital outflow dari Indonesia. Capital outflow tersebut bisa semakin besar jika The Fed mengumumkan tapering dan ada indikasi akan menaikkan suku bunga lebih awal. Hal tersebut bisa menjadi "badai" yang harus dihadapi rupiah.

BI mencatat non-residen di pasar keuangan Tanah Air jual neto Rp 12,5 triliun hanya dalam 4 hari saja pada periode 29 November hingga 2 Desember.

"Dari jumlah tersebut, aliran modal asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 9,82 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 2,68 triliun," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam laporan resminya, Jumat (3/12).

Alhasil, Sepanjang bulan November lalu, rupiah mengalami pelemahan lebih dari 1%, dan masih berlanjut di awal bulan ini.

Dengan peningkatan cadangan devisa, artinya amunisi BI untuk melakukan intervensi agar rupiah stabil semakin besar. BI memiliki beberapa instrumen yang dikenal dengan nama triple intervention, baik di Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), di pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Penerimaan Pajak dan Penarikan Pinjaman Dorong Kenaikan Cadangan Devisa


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed

Pages