
Bukan Emas, Ini Aset Pelindung Harta Saat Omicron Menyerang

Beberapa hari setelah Omicron diumumkan menjadi VoC, harga emas sebenarnya sempat melesat hingga 1,3%. Tetapi tidak lama, emas justru berbalik jeblok. Artinya, emas sebenarnya masih berperan sebagai safe haven saat Omicron memberikan ancaman, tetapi ada faktor lain yang menahan laju kenaikannya, yakni kemungkinan bank sentral AS (The Fed) mempercepat normalisasi kebijakan moneternya.
The Fed di awal November lalu resmi mengumumkan mulai melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.
Namun, beberapa pekan terakhir banyak anggota elit The Fed yang mendorong agar tapering dipercepat guna meredam kenaikan inflasi.
Kemungkinan tapering dipercepat tersebut diperkuat oleh pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell.
"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).
Powell juga mengindikasikan kemungkinan percepatan tapering akan dilakukan pada pengumuman kebijakan moneter pada 15 Desember (Kamis 16 Desember dini hari waktu Indonesia).
"Saya mengharapkan The Fed akan mendiskusikan percepatan tapering pada rapat bulan Desember," tambah Powell.
Ketika tapering dipercepat, maka ada kemungkinan suku bunga dinaikkan lebih awal.
Suku bunga merupakan salah satu "musuh" utama emas, ketika suku bunga di AS naik maka daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil akan menurun. Selain itu, opportunity cost berinvestasi emas juga akan mengalami peningkatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]