Duh! Rupiah Sudah 10 Hari 'Puasa' Menguat Lawan Dolar AS

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 December 2021 15:23
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali membukukan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (3/12). Dengan demikian, rupiah sudah 10 hari "puasa" menguat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 14.390/US$. Kurang dari 5 menit berselang, depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,21% ke Rp 14.405/US$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak akhir Agustus lalu.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.395/US$, melemah 0,14% di pasar spot. Selama "puasa" menguat, rupiah tercatat melemah 1,2%.

Kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan mempercepat normalisasi kebijakan moneternya membuat rupiah terus tertekan.

The Fed resmi mengumumkan akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.

Namun dalam beberapa pekan terakhir banyak pejabat elit The Fed yang mendorong tapering dilakukan lebih cepat guna meredam tingginya inflasi. Dan, ketua The Fed Jerome Powell di pekan ini mengatakan bisa mempercepat laju tapering.

"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).

Powell juga mengatakan akan membahas mengenai percepatan tapering di bulan ini.

"Saya mengharapkan The Fed akan mendiskusikan percepatan tapering pada rapat bulan Desember," tambah Powell.

The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pada 14 dan 15 Desember waktu setempat. Sebelum pengumuman kebijakan moneter tersebut, rupiah perlu berjuang ekstra keras untuk menguat.

Selain itu, virus corona varian Omicron juga memperburuk sentimen pelaku pasar yang berdampak negatif bagi rupiah.

Virus corona varian Omicron masih terus menyebar, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan setidaknya 23 negara sudah "disusupi".

Virus Omicron yang dikatakan lebih gampang menyebar ketimbang varian delta serta ada kemungkinan kebal terhadap vaksin tersebut membuat investor kini menjauhi rupiah.

Hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar yang sebelumnya mengambil posisi beli (long) rupiah, kini berbalik menjadi jual (short).

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

idr

Survei ini lagi-lagi konsisten dengan pergerakan rupiah, ketika investor mengambil posisi long rupiah akan menguat begitu juga sebaliknya.

Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (2/12/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,15, berbalik dari naik dari 2 pekan lalu -0,72.

Dari 9 mata uang yang disurvei, hanya yuan China yang masih diburu para pelaku pasar, dengan angka -0,88, naik tipis dari sebelumnya -0,87. Rupiah yang sebelumnya berada di urutan kedua kini menyusul mata uang lainnya yang sudah terlebih dahulu dijual pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Dolar AS Mendelep! Rupiah Tembus Rp 14.300/US$


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading