Masih Pagi Belum Ngopi! Rupiah Sudah Tembus Rp 14.400/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 03/12/2021 09:18 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah belum menunjukkan tanda-tanda bangkit melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski sudah 9 hari tidak pernah menguat. Rupiah justru makin terpuruk, pada perdagangan Jumat (3/12) pagi, rupiah sudah menembus Rp 14.400/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1% ke Rp 14.390/US$. Kurang dari 5 menit berselang, depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,21% ke Rp 14.405/US$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak akhir Agustus lalu.

Kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan mempercepat normalisasi kebijakan moneternya membuat rupiah terus tertekan.


The Fed resmi mengumumkan akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.

Namun dalam beberapa pekan terakhir banyak pejabat elit The Fed yang mendorong tapering dilakukan lebih cepat guna meredam tingginya inflasi. Dan, ketua The Fed Jerome Powell di pekan ini mengatakan bisa mempercepat laju tapering.

"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).

Powell juga mengatakan akan membahas mengenai percepatan tapering di bulan ini.

"Saya mengharapkan The Fed akan mendiskusikan percepatan tapering pada rapat bulan Desember," tambah Powell.

The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pada 14 dan 15 Desember waktu setempat. Sebelum pengumuman kebijakan moneter tersebut, rupiah perlu berjuang ekstra keras untuk menguat.

Selain itu, virus corona varian Omicron juga memperburuk sentimen pelaku pasar yang berdampak negatif bagi rupiah.

Virus corona varian Omicron masih terus menyebar, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan setidaknya 23 negara sudah "disusupi".

Virus Omicron yang dikatakan lebih gampang menyebar ketimbang varian delta serta ada kemungkinan kebal terhadap vaksin dikatakan bisa "menguasai" dunia dalam 3 sampai 6 bulan ke depan.

Hal itu dikatakan oleh dokter spesialis penyakit menular, Leong Hoe Nam, dari rumah sakit Mount Elizabeth Novena.


"Sejujurnya, Omicron akan mendominasi dan membanjiri seluruh dunia dalam 3 sampai 6 bulan ke depan," kata Leong dalam acara Street Signs Asia, CNBC International Rabu (1/12).

Saat ini corona varian Delta yang menguasai dunia. Menurut laporan Reuters penyakit akibat virus corona (Covid-19) saat ini 99% merupakan varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India pada bulan Maret 2021, dan mendominasi di dunia di bulan Juli.

Artinya dalam tempo 4 bulan Delta "menguasai" dunia, dengan Omicron yang dikatakan lebih menular tentunya bisa lebih cepat lagi jika tidak menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Penyebaran tersebut dikhawatirkan akan membuat perekonomian dunia melambat lagi, sehingga sentimen pelaku pasar memburuk. Terlihat dari bursa saham global yang beberapa kali ambrol di pekan ini. Rupiah yang merupakan aset negara emerging market juga terkena imbasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS