Duh! Rupiah Makin Dekat Rp 14.400/US$, Telemah Satu Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 02/12/2021 12:18 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih belum mampu bangkit melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (2/11). Rupiah berada di level terlemah dalam satu bulan terakhir, dan nyaris mencapai Rp 14.400/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah mencapai 0,28% di Rp 14.380/US$, terlemah sejak 5 November lalu. Hingga pukul 12:00 WIB, rupiah masih tertahan di level tersebut.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berisiko melanjutkan pelemahan melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.


PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.362,50Rp14.385,5
1 BulanRp14.386,00Rp14.417,0
2 BulanRp14.438,00Rp14.469,0
3 BulanRp14.484,00Rp14.517,0
6 BulanRp14.634,00Rp14.667,0
9 BulanRp14.785,00Rp14.815,0
1 TahunRp14.909,00Rp14.985,0
2 TahunRp15.486,00Rp15.551,4

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Sentimen pelaku pasar yang masih campur aduk akibat penyebaran virus corona varian Omicron.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan menemukan kasus Omicron pertama di Amerika Serikat.

Omicron kini dikhawatirkan akan cepat menyebar, apalagi di Afrika Selatan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) kini didominasi varian Omicron, hanya 4 pekan setelah kasus pertama ditemukan.

Selain itu, Omicron juga dikhawatirkan akan menyebar di negara-negara lainnya sehingga memicu pelambatan ekonomi global. Masalah rantai pasokan yang memicu tingginya inflasi juga diprediksi akan memburuk.

"Masalah rantai pasokan masih sangat rentan, varian Omicron menggaris bawahi jika krisis masih belum selesai," kata Sian Fenner, kepala ekonom Asia di Oxford Economics dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International, Rabu (1/12).

Dalam kondisi tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven lebih diuntungkan ketimbang rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS