Dolar Singapura Melesat 4 Hari Beruntun, Tembus Rp 10.500/SG$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 02/12/2021 10:57 WIB
Foto: Dolar Singapura (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (2/12), hingga menembus Rp 10.500/SG$. Jika berhasil dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, dolar Singapura akan mencatat penguatan 4 hari beruntun.

Pada pukul 10:40 WIB: SG$ 1 setara Rp 10.529,59, dolar Singapura menguat 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan ini Dolar Singapura sudah menguat 1% melawan rupiah.

Awal mula penguatan Mata Uang Negeri Merlion ini terjadi setelah pemerintah Singapura melaporkan inflasi sektor produsen (producer price index/PPI) yang melesat ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. PPI bulan Oktober dilaporkan melesat 25,4% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 21,3% YoY. Inflasi sektor produsen tersebut menjadi yang tertinggi sejak Maret 1980.


Ketika inflasi sektor produsen tinggi, maka harga jual produk kemungkinan akan dinaikkan dan berdampak pada inflasi konsumen (consumer price index/CPI).

Inflasi CPI yang tinggi membuat Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakan moneternya pada pertengahan Oktober lalu, dan membuka peluang pengetatan lagi di tahun depan.

Di sisi lain, memburuknya sentimen pelaku pasar akibat penyebaran virus corona Omicron cukup membebani rupiah. Sebagai aset emerging market, rupiah cenderung tertekan ketika sentimen pelaku pasar memburuk.

Apalagi, kemarin ekspansi sektor manufaktur Indonesia dilaporkan melambat.

IHS Markit mengumumkan aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) bulan November sebesar 53,9, turun jauh dari bulan sebelumnya 57,2 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI di Indonesia.

Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai titik start. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang berada dalam fase ekspansi.

Artinya, sektor manufaktur Indonesia masih berekspansi, tetapi mengalami pelambatan.

"Sektor manufaktur Indonesia terus pulih dari dampak pandemi Covid-19, sektor ini membukukan ekspansi selama tiga bulan beruntun. Meski permintaan dan produksi melambat dibandingkan Oktober, tetapi tetap tumbuh kuat," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor