Pucuk Dicinta Ulam Tiba, Harga Emas Akhirnya Melesat Juga!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 December 2021 07:10
Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia akhirnya mampu mencatat penguatan pada perdagangan Rabu (1/12) setelah dua hari sebelumnya selalu dibanting turun ketika berusaha menanjak. Tekanan bagi emas sebenarnya masih besar sebab ada kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga lebih cepat.

Melansir data Refinitiv, emas pada perdagangan Rabu berakhir di US$ 1.782,66/troy ons, melesat 0,5% di pasar spot. Di hari sebelumnya, emas sempat melambung lebih dari 1,3% sebelum kena "smash" ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, hingga akhirnya berbalik melemah 0,6%.

Powell kemarin mengatakan bisa mempercepat laju tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang membuat emas terpuruk.

xau

"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).

Jika tapering dipercepat, ada peluang The Fed juga menaikkan suku bunga lebih awal. Jika itu terjadi, harga emas dunia berisiko rontok.

Tetapi, banyak analis melihat pernyataan Powell tersebut hanya akan menekan emas untuk sementara.

"Pernyataan Powell memberikan hambatan bagi emas untuk jangka pendek, tetapi tidak akan memberikan dampak panjang sebab dipercepatnya tapering sudah diantisipasi pasar," kata Harshal Barot, konsultan senior Metals Focus, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (1/12).

"Masih banyak ketidakpastian di pertumbuhan ekonomi akibat varian terbaru virus corona serta apakah tingginya inflasi hanya sementara atau akan berlangsung lama, hal itu akan menahan penurunan emas lebih dalam," tambahnya.

Sementara itu analis dari Credit Suisse melihat The Fed akan menaikkan suku bunga di semester II-2022. Lebih lambat ketimbang spekulasi pasar yakni kenaikan di bulan Juni 2022.

Analis tersebut melihat imbal hasil (yield) riil masih akan negatif cukup dalam sebelum The Fed menaikkan suku bunga.

"The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali di semester II 2022, dan antara saat ini hingga ke kenaikan tersebut inflasi kemungkinan akan terus menajak, dan yield riil masih negatif dalam, sehingga akan menopang kenaikan emas," kata analis tersebut dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Emas! Habis Ngeri, Terbitlah Ramalan Terbang Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular