
Australia Tak Lockdown Karena Omicron, Dolarnya Terbang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Australia sudah melaporkan beberapa kasus positif corona varian Omicron, meski demikian lockdown tidak akan diterapkan. Hal tersebut membuat dolar Australia melesat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (1/12).
Pada pukul 13:36 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.281,91, dolar Australia melesat 0,8% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, dolar Australia sempat merosot ke bawah Rp 10.200/US$, terendah dalam 16 bulan terakhir pasca dilaporkan adanya kasus positif Omicron.
Kemarin, negara bagian New South Wales (NSW) melaporkan ada tambahan 5 kasus positif Omicron yang terkait dengan penemuan 2 kasus di bandara Sydney. Dua orang yang positif tersebut sebelumnya tiba dari Afrika Selatan.
Akibat penyebaran Omicron, pemerintah Australia menunda membuka perbatasan internasional lebih lanjut. Sebelumnya Australia berencana membuka perbatasannya bagi pekerja migran serta pelajar yang sudah divaksin untuk masuk mulai 1 Desember mendatang.
Meski demikian, Menteri Kesehatan NSW, Brad Hazzard, mengatakan ia Perdana Menteri NSW Dominic Perrottet tidak berfikir untuk kembali melakukan lockdown. Ia memilih untuk melakukan pendekatan yang berbeda.
"Sebagai salah satu yang memberikan kabar buruk bagi masyarakat dalam banyak kesempatan, saya merasa sudah saatnnya merubah pendekatan kita," kata Hazzard sebagaimana diwartakan News.com.au, Rabu (1/12).
"Kita tidak tahu seberapa banyak varian virus corona yang akan datang," tambahnya.
Pernyataan tersebut memberikan dampak positif bagi dolar Australia yang selama bulan November lalu mencatat pelemahan lebih dari 4%.
Penurunan tajam tersebut terjadi setelah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) di awal bulan lalu yang mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun depan.
"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).
Dalam acara Australian Business Economists Webinar dua pekan setelahnya Lowe kembali menegaskan pernyataannya yang membuat dolar Australia jeblok, yakni tidak akan menaikkan suku bunga di tahun depan.
"Saya ingin mengulangi apa yang saya katakan dua pekan lalu, yakni, data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di 2022," kata lowe sebagaimana dilansir ABC News, Selasa (16/11)
Lowe mengatakan para anggota dewan RBA masih bersabar, bahkan ada kemungkinan suku bunga tidak dinaikkan hingga 2024.
"Masih sangat mungkin kenaikan suku bunga pertama tidak akan terjadi sebelum 2024" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
