
Omicron Dinilai "Kebal" Vaksin, Dow Futures Drop 423 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan Selasa (30/11/2021), setelah varian baru virus Covid-19 kembali memicu kecemasan pasar.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average drop 423 poin (-1,2%) dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 terjerembab 1% dan Nasdaq turun 0,5%. Koreksi terjadi setelah CEO Moderna Stephane Bancel menilai vaksin yang ada bakal kurang efektif melawan Omicron.
Kepada CNBC International, dia mengatakan perlu berbulan-bulan untuk mengembangkan vaksin yang efektif melawan varian baru tersebut. Saham Moderna ambruk 4,2% tetapi Pfizer masih menguat 1,2%. Saham Netflix juga tumbuh, sebesar 0,7% sementara Zoom melesat 2,3%.
Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun anjlok di bawah 1,5% setelah investor cemas bahwa perkembangan itu bakal memicu perlambatan ekonomi lanjutan. Imbal hasil acuan surat utang pemerintah itu turun 10 basis poin (bp) menjadi 1,43% alias harganya menguat karena diburu investor yang sedang dilanda kecemasan.
Pada Senin, Dow Jones melesat 237 poin setelah pada Jumat anjlok hingga 905 poin. Saham perjalanan, yang berbalik menguat pada Senin, hari ini kembali terpukul di sesi pra-pembukaan. Saham Expedia Group anjlok 2,3%, Norwegian Cruise Line Holdings drop 3,8% dan American Airlines terpelanting 3,3%.
Reli Senin terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa karantina wilayah (lockdown) tidak menjadi opsi yang disiapkan dan tak akan ada larangan perjalanan baru.
Namun hari ini bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell menyatakan bahwa varian omicron mengancam stabilitas harga dan pembukaan lapangan kerja yang menjadi mandat bank sentral terkuat dunia tersebut.
Indeks volatilitas Wall Street, atau CBOE index, melemah pada Senin tetapi masih di atas 22. Indeks ketakutan pasar tersebut sempat mencapai angka 28 pada Jumat.
"Pekan ini akan menentukan untuk melihat jika pendekatan beli di tengah koreksi oleh investor masih akan berlaku, ataukah jika pasar masih rentan terkena tekanan signifikan lebih jauh," tutur Mark Hackett, Kepala Riset Investasi Nationwide, seperti dikutip CNBC International.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menilai omicron sebagai varian yang perlu diperhatikan. Bukti awal menunjukkan bahwa strain yang berasal dari Afrika Selatan tersebut meningkatkan risiko reinfeksi.
Menurut dokter asal Afrika Selatan, varian terbaru tersebut memicu gejala menengah, yang pertama kali menemukan adanya strain terbaru ini. Namun, WHO menyatakan akan perlu beberapa pekan untuk memahami bagaimana varian tersebut bisa mempengaruhi diagnostik, terapi, dan vaksin yang sekarang ada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping