Omicron Mulai Menyebar di Australia, Dolarnya Jeblok!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 November 2021 16:35
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia merosot melawan rupiah pada perdagangan Selasa (30/11), dan berada di level terendah 16 bulan. Virus corona varian Omicron menjadi pemicu pelemahan dolar Australia hari ini.

Pada pukul 13:58 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.160, dolar Australia merosot 0,63% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 17 Juli 2020.
Virus corona Omicron sudah sampai di Australia hari Minggu lalu, dilaporkan ada dua orang positif. Keduanya datang dari Afrika Selatan dan mendarat di Sydney, New South Wales. 

Kini, kabar terbaru ada 5 tambahan kasus positif Omicron di NSW, yang terkait dengan kasus sebelumnya. Kabar buruknya lagi, wanita 30 tahun yang dilaporkan positif Minggu lalu sudah berpergian ke beberapa tempat.

Akibat penyebaran Omicron, pemerintah Australia menunda membuka perbatasan internasional lebih lanjut. Sebelumnya Australia berencana membuka perbatasannya bagi pekerja migran serta pelajar yang sudah divaksin untuk masuk mulai 1 Desember mendatang.

Alhasil dolar Australia makin terpuruk melawan rupiah, merosot nyaris 5% sepanjang bulan ini.

Sebelumnya dolar Australia mengalami tekanan setelah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) di awal bulan ini yang mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun depan.

"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).

Dalam acara Australian Business Economists Webinar pekan lalu Lowe kembali menegaskan pernyataannya yang membuat dolar Australia jeblok, yakni tidak akan menaikkan suku bunga di tahun depan.

"Saya ingin mengulangi apa yang saya katakan dua pekan lalu, yakni, data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di 2022," kata lowe sebagaimana dilansir ABC News, Selasa (16/11). 

Lowe mengatakan para anggota dewan RBA masih bersabar, bahkan ada kemungkinan suku bunga tidak dinaikkan hingga 2024.

"Masih sangat mungkin kenaikan suku bunga pertama tidak akan terjadi sebelum 2024" tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular