CNBC Indonesia Awards 2021

Mayora, dari Indonesia untuk Dunia

Tri Putra & Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Selasa, 30/11/2021 17:24 WIB
Foto: Doc.Mayora Indah

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi rumah tangga menyumbang 53% ekonomi Indonesia. Namun, produsen barang konsumen tak lantas bermanja menggarap pasar lokal dan enggan mengembangkan sayap ke pasar internasional. PT Mayora Indah Tbk menjadi bukti nyata.

Indonesia sebagai negara berpopulasi terpadat keempat dunia yang dihuni lebih dari 270 juta penduduk memang menjadi pasar yang besar produsen barang konsumen yang perputarannya cepat (fast moving consumer goods/FMCG).

Bahkan, efek buruk pandemi Covid-19 cenderung bersifat sesaat terhadap industri tersebut, sebagaimana terpantau dari laporan hasil survei Kantar berjudul "Expenditure Survey, Indonesia Urban and Rural." Makanan segar dan FMCG menjadi dua produk yang bertumbuh tahun ini (per kuartal I-2021), manakala produk barang konsumen lain cenderung flat.


Sumber: Kantar

Tren pertumbuhan dari 2020 ke 2021 juga ditunjukkan oleh emiten barang konsumer PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Tahun lalu, efek pandemi memang menekan kinerja perseroan, sebagaimana terlihat dari pelemahan pendapatan pada 2020 sebesar 2,2%.

Namun, laba bersih masih tumbuh positif, sebesar 2,3% berkat keberhasilan perseroan menjalankan efisiensi. Hal ini memicu penurunan beban usaha sebesar 4,3% dari Rp 4,7 triliun menjadi Rp 4,5 triliun, sementara beban pokok penjualan flat di kisaran Rp 17 triliun.

Tahun 2021 menjadi titik balik bagi perseroan. Hingga kuartal III tahun 2021, pendapatan emiten berkode MYOR ini tercatat tumbuh 13,1% secara tahunan (year on year/yoy), dari Rp 17,6 triliun (September 2020) menjadi Rp 19,9 triliun per September 2021.

Dalam kurun 10 tahun, top line Mayora konsisten di jalur positif. Jika dihitung dengan menggunakan pendekatan pertumbuhan rerata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR), penjualan perseroan tumbuh 12,9% setiap tahunnya dalam 1 dekade ini.

Tantangan lain yang dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di sektor konsumen saat pandemi adalah kenaikan harga komoditas. Seperti yang sudah diketahui bersama, komoditas energi dan pangan menjadi bahan baku (raw material) produk makanan dan minuman jadi.

Jika tidak diimbangi dengan peningkatan volume dan harga jual, maka margin laba akan tergerus akibat kenaikan biaya untuk memperoleh bahan baku. Oleh sebab itu, volatilitas laba adalah hal yang wajar untuk sektor konsumen dan FMCG di saat pandemi seperti sekarang ini.

Namun dengan strategi efisiensi operasional yang secara disiplin diterapkan di MYOR, perusahaan tercatat sukses meminimalkan volatilitas bottom line-nya. Hal ini tercermin dari kinerja laba bersih MYOR dalam 5 tahun terakhir yang secara konsisten dipertahankan di kisaran Rp 1,5 triliun.


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi

Pages