Jokowi Minta Setop Ekspor, Saham Produsen Timah Anjlok

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
Jumat, 26/11/2021 16:30 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham produsen timah di Bursa Efek Indonesia anjlok menyusul sentimen negatif dari pernyataan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor timah batangan mulai tahun 2024 mendatang.

Pada penutupan perdagangan Jumat ini, harga saham PT Timah Tbk (TINS) anjlok 5,06% ke level Rp 1.595 per saham.

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi saham TINS pada hari ini mencapai Rp 84,74 miliar dengan volume transaksi sebanyak 52,27 juta saham dengan frekuensi sebanyak 8.153 kali.


Namun, bila dilihat sejak awal tahun, saham TINS masih menguat sebesar 7,41% dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 11,88 triliun.

Saham produsen timah lainnya, PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) juga anjlok sebesar 2,31% ke level Rp 1.055 per saham. NIKL ditransaksikan sebanyak 235 kali dengan volume 260 ribu kali. Sejak awal tahun, saham NIKL terkoreksi 26,99% dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 2,66 triliun.

Di sisi lain, menurut mantan Direktur Utama BEI, Hasan Zein Mahmud, harga timah dan nikel melanjutkan tren superkiklus di London Metal Exchange (LME). Harga nikel di LME mencapai USD 21,037 per ton, naik 28,36% setahun terkahir. Timah tak kalah fantastis, menembus USD 40,137 per metrik ton atau naik 113,21% selama setahun terakhir.

"Para pakar memperkirakan harga timah akan melonjak ke USD 35,000 pada 2021. Ternyata jauh melampaui perkiraan," kata Hasan Zein, Jumat (26/11/2021).

Menggeliatnya kembali industri elektronik mendorong permintaan timah naik tajam. Lebih dari sepertiga, timah digunakan dalam industri elektronik.

Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan meroketnya harga timah bersumber dari pernyataan Presiden Jokowi, dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia, yang menyebut, ndonesia bersiap untuk melarang ekspor timah batangan mulai 2024.

"Sebagai produsen nomor 2 terbesar dunia, bisa dibayangkan kesenjangan permintaan dan pasokan bila aliran timah dari Indonesia, ke pasar global dihentikan," kata dia.

Dalam pertemuan tahunan bank sentral, Kepala Negara menyampaikan, penghentian ekspor timah batangan itu bertujuan untuk menarik investasi ke industri pengolahan sumber daya dan meningkatkan keseimbangan eksternal negara.

Jokowi menegaskan, bahwa pemerintah juga berkeinginan menghentikan ekspor bauksit tahun depan dan bijih tembaga pada 2023. Keputusan ini diambil karena Indonesia telah terlalu lama menjual komoditas mentah, yang membuat Indonesia kehilangan pendapatan ekspor lebih besar dan pekerjaan di industri manufaktur.

Langkah Indonesia untuk menghentikan ekspor timah pada tahun 2024 akan lebih berdampak pada industri timah dalam jangka panjang.

Saat ini, ekspor bulanan batangan timah di Indonesia rata-rata sekitar 6.000 metric ton (mt), dan ekspor tahunan mencapai sekitar 70.000-80.000 mt. Permintaan dunia akan timah batangan saat ini sekitar 340.000 mt pada tahun 2021.

Jika ekspor batangan timah dilarang pada tahun 2024, pasokan global di luar Indonesia dinilai tidak akan dapat menutupi kekosongan pasokan yang ditinggalkan. Sehingga, gap pasokan pasar timah dunia berpotensi meningkat secara signifikan. 


(sys/hps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PT Timah Setujui Rencana Pemerintah Naikkan Tarif Royalti