
Hawa Panas Saham Batu Bara, Masih Dibanting Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten batu bara melemah pada awal perdagangan hari ini, Jumat (26/11/2021). Pelemahan ini terjadi tampaknya seiring investor mulai melakukan aksi ambil untung setelah saham tersebut cenderung menguat dalam beberapa hari terakhir.
Berikut pelemahan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.09 WIB.
ABM Investama (ABMM), saham -3,36%, ke Rp 1.440/saham
Prima Andalan Mandiri (MCOL), -3,14%, ke Rp 3.390/saham
Indika Energy (INDY), -2,90%, ke Rp 1.675/saham
Bumi Resources (BUMI), -2,82%, ke Rp 69/saham
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), -2,30%, ke Rp 85/saham
Adaro Energy (ADRO), -2,29%, ke Rp 1.705/saham
Bukit Asam (PTBA), -2,22%, ke Rp 2.640/saham
United Tractors (UNTR), -2,08%, ke Rp 22.375/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -1,86%, ke Rp 21.150/saham
Golden Eagle Energy (SMMT), -1,52%, ke Rp 194/saham
TBS Energi Utama (TOBA), -1,40%, ke Rp 1.055/saham
Perdana Karya Perkasa (PKPK), -1,20%, ke Rp 164/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), -0,68%, ke Rp 294/saham
Bayan Resources (BYAN), -0,09%, ke Rp 26.325/saham
Menurut data di atas, saham ABMM menjadi yang paling melorot hingga minus 3,36% ke Rp 1.440/saham, usai menguat dalam 3 hari terakhir. Investor asing tercatat melakukan jual bersih saham ABMM Rp 1,15 miliar di pasar reguler.
Selain ABMM, saham MCOL ambles 3,14% ke Rp 3.390/saham. Saham MCOL telah terbenam di zona merah selama 4 hari beruntun. Ini terjadi usai saham MCOL melonjak tinggi selama 8 hari berturut-turut. Dalam sepekan, saham MCOL turun 1,46%, sedangkan dalam sebulan melesat 20,71%.
Di posisi ketiga, saham INDY turun 2,90%. Investor mulai melakukan aksi ambil untung setelah saham ini naik dalam 3 hari terakhir.
Saham Grup Bakrie BUMI juga melemah 2,82% ke Rp 69/saham, usia stagnan dalam 2 hari terakhir.
Sementara itu, harga batu bara ternyata masih kuat nanjak. Harga si batu hitam kini membukukan kenaikan selama delapan hari beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 184,5/ton. Naik 0,54% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kenaikan ini menggenapi tren pertumbuhan harga batu bara menjadi delapan hari berturut-turut. Selama delapan hari tersebut, harga melesat 26,59%,
Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan lonjakan harga batu bara. Satu, setelah menyentuh titik puncak pada 5 Oktober 2021, di mana harga mencapai US$ 280/ton, harga komoditas ini jatuh hingga ke US$ 137,1/ton pada 2 November 2021. Ada koreksi 51,03%.
Selepas 2 November 2021, harga batu bara cenderung naik dan puncaknya terjadi kemarin dengan harga menyentuh US$ 184,5/ton. Jadi dari 2 November 2021 hingga kemarin, harga sudah naik 34,57%.
Betul harga batu bara sudah melejit 34% lebih. Namun ingat, harga sempat ambrol lebih dari 51%. Jadi ruang bagi batu bara untuk mencetak technical rebound masih terbuka.
Dua, ada harapan permintaan batu bara akan naik, utamanya di China. Sektor properti di Negeri Panda, yang sedang babak belur dihajar krisis utang, mendapat stimulus dari pemerintah. Misalnya, pemerintahan Presiden Xi Jinping memerintahkan perbankan untuk menggenjot penyaluran kredit ke sektor properti untuk mengurangi tekanan arus kas Evergrande cs.
Kebangkitan sektor properti akan meningkatkan kebutuhan terhadap baja. Industri baja adalah industri yang padat energi, dan sumber energi itu datang dari batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 16 Saham Batu Bara Perkasa, Juaranya Tak Terduga