
Minim Katalis, IHSG Dibuka dari Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan sesi I Jumat (26/11/2021) dibuka melemah 0,15% ke level 6.689,41.
Selang 15 menit setelah dibuka, pelemahan IHSG cenderung bertambah sedikit, yakni melemah 0,18% ke level 6.687,31.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebanyak Rp 37 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 1,4 triliun.
Tercatat asing melakukan pembelian bersih di saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 91,3 miliar dan di saham PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) sebanyak Rp 5,8 miliar.
Asing juga melakukan jual bersih (net sell) di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 28,4 miliar dan di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 26,3 miliar.
Minimnya sentimen positif di pasar global membuat IHSG rawan terkoreksi pada hari ini. Sentimen positif yang cenderung minim karena pasar saham Amerika Serikat (AS) tidak dibuka pada perdagangan Kamis (25/11/2021) kemarin karena sedang libur memperingati hari Thanksgiving.
Meskipun sentimen pasar global cenderung sepi, tetapi ada kabar baik yang datang dari Benua Eropa, di mana indeks saham kawasan Eropa ditutup menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat.
European Stoxx 600 ditutup menguat 0,44%. Mayoritas bursa saham Benua Biru juga sukses mengakhiri perdagangan di zona hijau kemarin.
Tiga indeks saham acuan utama Eropa yakni FTSE, CAC dan DAX juga kompak menghijau dengan apresiasi masing-masing 0,33%, 0,48%, dan 0,25%. Meskipun angka infeksi Covid-19 harian di Eropa masih terus meningkat, tetapi pasar saham ditutup dengan ceria.
Salah satu katalis positifnya adalah regulator Eropa yang memberikan lampu hijau untuk vaksinasi Covid-19 bagi mereka kelompok usia sangat muda di rentang 5-11 tahun.
Dari sisi makro, beberapa rilis data ekonomi menjadi perhatian pelaku pasar. Di Jerman, pertumbuhan ekonominya di kuartal III-2021 mencatatkan ekspansi sebesar 1,7% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq).
Angka pertumbuhan ekonomi Jerman tersebut lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar di 2% qoq. Secara tahunan (year-on-year/yoy), Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman masih tumbuh 2,5%.
Inflasi yang tinggi dan kenaikan kasus Covid-19 yang meningkat turut membebani sentimen konsumen. Hal ini tercermin dari survei konsumen GfK Jerman yang drop ke level -1,6 pada bulan November, padahal di periode sebelumnya masih berada di teritori positif.
Sentimen negatif juga datang dari seputaran virus corona (Covid-19), di mana varian baru Covid-19 kembali muncul banyak mutasi lonjakan, B.1.1.529. Varian Covid-19 ini disebut telah terdeteksi di Afrika Selatan.
Dalam penjelasan ilmuwan Afrika, varian B.1.1.529 mengandung beberapa mutasi yang terkait dengan peningkatan resistensi antibodi. Ini diyakini ilmuwan dapat mengurangi efektivitas vaksin, bersama dengan mutasi yang umumnya membuatnya lebih menular.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sendiri mengatakan tengah meminta pertemuan darurat untuk memantau varian itu. Hal ini penting di tengah makin melonjaknya kasus Covid-19 di Eropa dan dunia yang memasuki musim liburan akhir tahun.
"Kami belum tahu banyak tentang ini. Apa yang kita ketahui adalah bahwa varian ini memiliki sejumlah besar mutasi," kata pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Dr. Maria Van Kerkhove, dalam tanya jawab yang disiarkan langsung di media sosial organisasi, Kamis (25/11/2021).
Pertemuan itu akan memutuskan ke mana varian B.1.1.529 akan diklasifikasikan. Apakah varian menarik atau perlu diperhatikan.
"Saat ini, para peneliti sedang berkumpul untuk memahami di mana mutasi ini berada di protein lonjakan dan situs pembelahan furin, dan apa artinya itu bagi diagnostik atau terapi kami dan vaksin kami," kata Van Kerkhove lagi.
Ditemukannya kembali varian baru Covid-19 di Afrika Selatan membuat pasar saham Asia terpantau berjatuhan pada pagi hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong dan Straits Times Singapura terpantau ambles lebih dari 1%. Sedangkan indeks Nikkei Jepang ambruk lebih dari 2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham