IHSG Cerah, Asing Borong TLKM-BMRI & Lego BUKA-EXCL

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
25 November 2021 17:35
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (25/11/2021), di tengah kecenderungan investor menyambut positifnya harga beberapa komoditas energi dan data inflasi Amerika Serikat (AS).

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup menguat 0,24% ke level 6.699,346. Sepanjang hari ini, IHSG konsisten bergerak di zona hijau. Namun pada perdagangan sesi II, penguatan IHSG cenderung terpangkas tetapi masih dapat bertahan di zona hijau.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini cenderung naik tipis menjadi Rp 13,8 triliun. Sebanyak 228 saham menguat, 278 saham melemah dan 166 lainnya stagnan.

Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 202 miliar di pasar reguler pada hari ini.

Asing tercatat mengoleksi tiga saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) pada hari ini, yakni saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Selain mengoleksi tiga saham big cap, asing juga mengoleksi saham emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), saham emiten pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan saham emiten jasa transportasi logistik PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA).

Berikut saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini.

Net Buy Asing

Sedangkan dari penjualan bersih, asing juga tercatat melepas dua saham big cap pada hari ini, yakni saham PT Astra International Tbk (ASII) dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Selain itu, asing juga melepas saham e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), saham emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL), saham emiten produsen semen Gresik PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan saham emiten menara telekomunikasi anak usaha Telkom Indonesia yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL).

Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini adalah:

Net Sell Asing

Berlanjutnya uptrend harga batu bara global kemarin juga masih menjadi katalis positif untuk saham emiten tambang di Indonesia pada hari ini.

Di sisi lain, rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menghentikan ekspor barang tambang mentah seperti timah yang membuat harganya melambung juga menjadi katalis positif lain.

Dari pasar komoditas, harga energi masih terpantau menguat. Harga minyak mentah dunia stagnan namun untuk jenis Brent sudah kembali ke atas US$ 80/barel setelah sebelumnya drop signifikan.

Sementara itu, harga gas alam dan batu bara memang masih berada jauh di bawah level tertingginya sepanjang masa yang berhasil dicatatkan pada Oktober lalu. Namun harga gas kembali menyentuh US$ 5/mmbtu sedangkan uptrend harga batu bara berlanjut.

Rabu (24/11/2021) kemarin, harga kontrak batu bara termal acuan global Newcastle melesat 3,67% dan ditutup di US$ 183,5/ton. Kenaikan harga batu bara dan gas bakal menjadi sentimen positif yang sifatnya sektoral.

IHSG masih mampu menguat dengan capaian kinerja intraday yang impresif di tengah risiko inflasi di AS yang dikhawatirkan bakal overheat.

Departemen Perdagangan AS melaporkan inflasi inti (Core PCE) AS bulan Oktober tercatat naik 4,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan menandai kenaikan tertinggi dalam hampir 3 dekade terakhir.

Jika memasukkan komponen makanan dan energi yang selanjutnya dikenal sebagai headline inflation, indeks PCE AS tumbuh 5% YoY pada periode yang sama dan menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Penyebab tingginya inflasi di AS adalah kenaikan harga energi yang mencapai lebih dari 30% dalam satu tahun terakhir.

Kenaikan inflasi yang tinggi dan lebih persisten membuat pelaku pasar kembali melirik bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Selain isu renominasi Jerome Powell sebagai ketua The Fed, faktor lain yang juga menjadi fokus pelaku pasar adalah arah kebijakan moneternya.

Memang di bulan November ini, bank sentral paling powerful di dunia tersebut sudah mengumumkan pengurangan pembelian obligasi (tapering) dengan laju pengurangan stimulus sebesar US$ 15 miliar per bulan.

Namun dengan adanya inflasi yang membandel, The Fed kemungkinan bakal lebih agresif lagi dalam mengurangi stimulusnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular