
The Fed Bisa Naikkan Suku Bunga di Juni 2022, BI Kapan nih?

Sejauh ini belum ada tekanan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga. Inflasi di Indonesia masih rendah dan di bawah target BI.
Pada Senin (1/11), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi 0,12% pada Oktober 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 1,66%, dan inflasi inti tumbuh 1,33% YoY.
Sementara BI menargetkan inflasi di 2% hingga 4%, artinya tekanan untuk menaikkan suku bunga masih nihil dari inflasi.
Kemudian di pasar obligasi memang terjadi capital outflow yang cukup besar. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) sepanjang tahun ini hingga 19 November lalu, terjadi capital outflow sebesar Rp 48 triliun. Hal tersebut terlihat dari kepemilikan asing atas obligasi Indonesia sebesar Rp 925,19 triliun pada 19 November lalu, dibandingkan akhir 2020 sebesar Rp 973,9 triliun.
Meski demikian, capital outflow tersebut tidak membuat rupiah tertekan. Sepanjang tahun ini, rupiah hanya melemah sekitar 1,6%.
Ketika stabilitas rupiah terjaga, artinya BI tidak perlu menaikkan suku bunga agar imbal hasil (yield) terkerek naik, sehingga menarik aliran modal ke dalam negeri yang pada akhirnya membuat rupiah menguat.
Tekanan bagi BI untuk menaikkan suku bunga hanya datang dari The Fed, seandainya agresif dalam menaikkan suku bunga. Itu pun jika kebijakan The Fed memicu capital outflow yang membuat rupiah akhirnya terpuruk.
Fitch Solutions memprediksi BI akan menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun depan, menjadi 4%.
"Kami percaya bahwa tekanan eksternal, terutama dengan berlanjutnya penguatan dolar AS, akan menguji sikap dovish BI pada tahun 2022," kata Fitch Solutions dalam risetnya.
Selain itu, Fitch Solutions juga memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan sikap pro-pertumbuhan selama pemulihan pasar keuangan Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]